"Mau kemana?" tanya Bara ketika telah berhasil mengejar Aya.
"Mmm, i-itu mau balik ke kampus, kacamataku ketinggalan," jawab Aya dengan sedikit terbata-bata.
Tiba-tiba saja Bara tertawa dan membuat Aya kebingungan. Bara segera mengambil sesuatu di atas kepalanya Aya, ternyata itu adalah kacamatanya. Usaha Aya untuk menghindari Bara ternyata hanya sia-sia saja. Kini mereka berdua duduk di bawah pohon. Aya merasa tidak nyaman dengan kehadiran Bara, ia tidak bisa fokus untuk membuat puisi, sedangkan Bara ia hanya duduk sembari memainkan ponselnya tanpa ada rasa bersalah.
"Itu kumpulan puisi kamu?" tanya Bara ketika melihat tumpukan kertas yang cukup tebal di samping Aya.
"Iya," jawab Aya.
"Boleh aku pinjam? Hanya dibaca sebentar."
Aya memberikan kumpulan puisinya tersebut kepada Bara. Betapa terkejutnya Bara ketika membaca puisi tersebut, puisinya sangat indah persis seperti pembuatnya. Senyuman terlukis di bibirnya.
"Ini untuk kamu," ucap Aya sembari menyerahkan hasil puisinya yang baru saja ia buat.
"Perpisahan," ucap Bara ketika membaca judulnya.
Baru sempat bara membaca judulnya, Aya meminta izin untuk pulang terlebih dahulu dengan alasan acara keluarga. Masih seperti kemarin, Bara menawarkan untuk mengantarnya pulang, namun tetap saja ditolak olehnya.
"Besok, bertemu lagi ya di sini," ucap Bara dengan senyum yang merekah.