Mohon tunggu...
Fera Eka yulianti
Fera Eka yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

welcome...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Childfree Keputusan Pribadi atau Beban Sosial?

5 Juni 2024   21:44 Diperbarui: 5 Juni 2024   22:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini diperkuat dengan salah satu pandangan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jember yang bernama Lailiya Nur Rokhman S.I.kom, M.Si, tentang orang yang memilih childfree yaitu tidak setuju karena childfree sebenarnya menyalahi aturan Islam.

"orang KB saja ada aturannya dalam Islam apalagi orang yang tidak ingin memiliki anak. Jadi dalam Islam KB bisa jadi diperbolehkan bisa jadi haram, KB diperbolehkan jika melakukan jarak dengan anak tetapi menjadi haram jika memang tidak ingin memiliki anak atau takut anak tersebut tidak ada rezekinya atau tidak bisa tumbuh dengan baik." ujarnya.

Beliau juga berpendapat bahwa dirinya tidak setuju dengan Gita Savitri yang memilih untuk childfree karena Gita Savitri berkerudung sebagai ikon orang Islam.

"jika masyarakat tidak tahu Islam akhirnya mereka akan memandang bahwa orang Islam tidak suka anak kecil." lanjutnya

Pandangan beliau terhadap orang tua atau masyarakat yang memilih childfree yaitu tidak tepat jika menurut Islam.

"jika hanya childfree saja tanpa dikemukakan kepada orang lain boleh-boleh saja karena peranan orang tua hanya untuk keluarganya saja. Jadi sebagai orang tua hanya mengajarkan kepada anak-anak mereka hal-hal yang baik contohnya saya mengajarkan anak laki-laki saya bagaimana menjadi laki-laki dalam Islam." ucap beliau saat di wawancarai oleh kami.

Beliau juga tidak membenarkan tentang patriarki di Indonesia, jadi ungkapan childfree tidak tepat menurut beliau jika dalam Islam.

Pendapat beliau terhadap perbedaan tentang orang yang memiliki anak dan orang yang memilih untuk childfree terdapat pesan tersendiri yang bersifat irivesibel artinya tidak bisa diulang maknanya akan berbeda.

"sekali kita menyakiti orang lain orang tersebut akan sakit terus, jadi ketikan kita saat menghujat orang akan terhujat terus walaupun pesan itu sudah dihapus, jadi jika ada perbedaan pendapat mengenai orang yang memiliki anak dan orang yang memilih childfree dipersilahkan tapi saya tidak ingin ikut-ikutan karena bukan ranah saya, saya mengetahui hal yang viral tentang anak stunting di komentar media sosial Gita Savitri, ada yang komen bahwa ada orang tua yang menunggu bertahun-tahun untuk memiliki anak kok ada yang tidak mau memiliki anak, lalu Gita Savitri berkomentar "daripada punya anak tapi stunting" padahal Gita Savitri tidak memiliki anak dan tidak pernah tau bagaimana tiap bulan melihat perkembangan anak tergolong stunting atau tidak, hal itu sempat membuat saya ingin berkomentar." ujar lailiyah saat mendapat pertanyaan tentang perbedaan pandangan yang tengah viral di sosial media.

Jadi beliau merupakan tim yang tidak suka ikut berkomentar kecuali menyangkut beliau sendiri. Jadi untuk pendapat mengenai mengomentari pendapat orang dan orang lain itu beliau tidak suka speak up bukan ranah beliau karna childfree itu pilihan masing-masing, jadi kita tidak ada kewajiban untuk membicarakan, menanggapi atau apapun.

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa childfree sendiri merupakan suatu pertimbangan yang kompleks dan memiliki dampak yang besar bagi kehidupan selanjutnya. penting untuk memahami alasan dibalik keputusan untuk childfree dan menghormati pilihan setiap individu atau pasangan yang memilih childfree. perlu membangun dialog terbuka dan inklusif lebih lanjut untuk memahami dan menerima berbagai pilihan hidup, termasuk childfree.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun