Mohon tunggu...
Fera Andriani Djakfar
Fera Andriani Djakfar Mohon Tunggu... Dosen - Ibu rumah tangga, Dosen, Guru madrasah, Penulis Buku: Dari Luapan Sungai Nil, Surat Dari Alexandria, Kejutan Buat Malaikat, Arus Atap dan Cinta, Serial Addun dan Addin, Islam Lokal: Fenomena Ngabula di PEsantren Madura

Banyak-banyaklah membaca buku, hingga kenyang, sampai kebelet menulis tak tertahankan!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Stop Membanding-bandingkan Pasangan dengan Orang Lain!

3 Juli 2021   12:31 Diperbarui: 3 Juli 2021   12:54 2623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika baru berumah tangga, seolah si dia adalah puncak segala kesempurnaan. Nyaris tanpa cela. Seiring berjalannya waktu, satu persatu sifat dan sikap asli tidak lagi bisa ditutup-tutupi. 

Gelombang cinta naik-turun, kebosanan pun kadang menyapa. Salah satu tandanya adalah ketika pasangan orang lain tampak lebih baik dari pasangannya sendiri, sehingga mengikis pesona yang dulu menjadi pendorong utama membina bahtera. 

Situasi berikut ini adalah nyata, hasil dari pasang mata dan telinga.

Dialog antara Nyonya A dan Nyonya B:
"Sis, bahagia banget ya kamu punya suami tegas begitu. Laki banget, deh." Kata Nyonya A. "Suamiku terlalu kalem, malah aku yang sering membuat keputusan."
"Bahagia apaan... tersiksa, tau. Kayak hidup di asrama tentara," komentar Nyonya B. "Malah aku tuh pingin kayak kamu, punya suami kalem begitu."

Di tempat lain, beginilah dialog antara Tuan C dan Tuan D.
"Seneng banget ya punya istri ibu rumah tangga sepertimu," ujar Tuan C. "Berangkat kerja sudah ada yang nyiapin semua, datang pun sudah ada yang menyambut."
"Seneng apanya? Bosen melihat dia begitu-begitu aja di rumah," komentar Tuan D. "Sampai-sampai aku minta dia punya kegiatan di luar agar dia lebih fresh dan berwawasan luas seperti istri teman-teman yang berkerja."

Di lokasi lain, antara Bu E dan Bu F.
"Senengnya ya Jeng, lihat suaminya rajin begitu. Gak kayak suami saya, maunya malas-malasan terus di rumah. Kalau gak ngajak ngobrol, ya maunya tiduran aja sambil mantengin HP," komentar Bu E.
"Oalah Jeng, seneng apanya. Saya sampai capek sendiri lihat dia mondar mandir ngerjakan ini-itu. Pingin rasanya lihat suami istirahat, tiduran, ngobrol bareng yang santai gitu," Ujar Bu F.


els.co.ed
els.co.ed
Berikut adalah dialog antara Pak G dan Pak H.

"Bahagianya punya istri ngerti agama kayak istrimu," Kata Pak G. "Bisa nasehatin kita dan  mengingatkan pada kebaikan."
"Bahagia apanya? Sebagai suami aku merasa tersinggung oleh kata-katanya yang sok alim itu," tukas Pak H. "Mending punya istri yang biasa aja, sehingga kita bisa berfungsi sebagai imam yang baik, kitanya yang banyak nasehatin."

Di sebuah kota, inilah dialog antara Mbak I dan Mbak J.
"Bahagianya punya suami yang lucu kayak suami Mbak J.  Pastinya hati terhibur, suasana menyenangkan dan tidak menegangkan." Kata Mbak 

"Beda banget sama suami saya, bawaannya serius melulu."
"Duh, ya mending kayak suami Mbak I. Daripada kayak suami saya itu, gak ada wibawanya sama sekali. Saya pernah malu sama tingkahnya yang suka tampil konyol di depan umum." Tukas Mbak J.

Beragam situasi seperti di atas sering kita temukan di manapun. Dengan mudahnya orang-orang saling membandingkan pasangan. Sekilas itu tampaknya biasa saja, seperti percikan api yang kecil saja. Namun, jangan sampai meremehkan gejala seperti di atas, karena percikan api kecil pun bisa berakibat fatal jika bertemu bahan yang mudah terbakar ataupun meledak.
Bagaimana agar kehidupan rumah tangga selamat dari hal tersebut?

Pertama, bersyukurlah bahwa Anda sudah mempunyai pasangan. Sadari bahwa betapa banyak di luar sana, baik pria maupun wanita, biarpun sudah punya keistimewaan rupa dan materi, sungguh sulit untuk menemukan pasangan hidup. Seburuk apapun si dia menurut Anda, selama tidak melakukan maksiat ataupun KDRT, syukuri keberadaannya. Syukuri bahwa Anda berjodoh dengannya.

Kedua, stop membanding-bandingkan pasangan dengan orang lain. Tiap orang adalah unik dan pasti mempunyai kelebihannya sendiri. Di balik setiap kelemahan, pasti ada keistimewaan yang dititipkan oleh Tuhan. Begitu ada teman yang memulai mengeluhkan pasangannya, jangan terpancing untuk menceritakan kelemahan pasangan kita juga. Suami istri laksana pakaian yang saling menutupi aurat dan aib. Pakaian yang baik dapat menunjukkan citra diri dan menambah wibawa seseorang.

Ketiga, sadarilah bahwa pasangan Anda adalah sosok idaman bagi orang lain. Bisa jadi di hadapan Anda dia tampak biasa saja, tetapi di sisi lain dia adalah impian bagi kawan Anda. Lihat saja betapa kesabaran dan kalemnya suami Nyonya A menjadi idaman bagi Nyonya B, dan sebaliknya. Membayangkan bahwa si dia adalah idaman orang lain, tentunya akan menimbulkan rasa cemburu yang dengan takaran pas akan menambah kemesraan.

Keempat, tumbuhkan kembali rasa cinta Anda pada pasangan. Dulu ketika memutuskan untuk berumah tangga, pasti ada sesuatu dalam diri pasangan yang membuat Anda klepek-klepek. Nah, cari dan tumbuhkan kembali rasa itu. CLBK pada pasangan sendiri sah-sah aja, kan? Inilah hikmahnya mengapa kita tidak dianjurkan untuk terpikat pada daya tarik fisik saja, karena itu tidak abadi. Wajah glowing bisa memudar dan kulit kencang bisa mengendur dalam hitungan belasan tahun. Namun, budi pekerti yang baik dan karakter yang menyenangkan tak lekang oleh masa.

Kelima, turunkan ekspektasi Anda tentang sosok pasangan yang ideal. Mr. Perfect Guy itu hanya ada di angan-angan. Sadari bahwa Anda juga tidak sempurna. Anda berdua disatukan untuk saling menyempurnakan, bukan karena masing-masing sudah sempurna. Sebuah lagu yang indah tercipta dari nada yang beragam. Pelangi indah karena warna yang terbias bermacam-macam. Nikmati saja segala 'kekurangan' yang ada padanya, anggap saja sebagai salah satu nada yang memperindah lagu kehidupan Anda.

Demikianlah hal-hal yang jika diterapkan dapat meminimalisir kebosanan dalam rumah tangga. Tentunya dalam kondisi tertentu, ada hal yang tidak bisa lagi ditolerir. Misalnya, terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pengkhianatan salah satu pihak, penipuan, dan sebagainya. Mari berpikir positif saja, semoga kita dijauhkan dari hal-hal demikian. Perjalanan ini hanya sesaat, kita tidak pernah tahu siapa yang diturunkan terlebih dahulu dari kendaraan kehidupan ini.  Jadilah pakaian yang indah dan elegan bagi pasanganmu.

Bangkalan, 3 juli 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun