Senin, 20 Januari 2014, atau kemarin, Polisi Hong Kong mengirimkan tim terbaiknya untuk datang ke Sragen, tempat di mana Erwiana dirawat di rumah sakit setelah mendapat penganiayaan begitu sadisnya dari majikan bernama Law Wan Tung.
Minggu, 19 Januari 2014, 5000 Buruh migran dari berbagai etnik dan warga lokal Hong Kong juga asing yang peduli terhadap kasus Erwiana melalukan rally ke kantor polisi Wanchai dan gedung pemerintahan Hong Kong untuk menuntut keadilan.
Minggu pagi, Susi, mantan Pekerja rumah tangga Law Wan Tung membuat laporan ke polisi bahwa dia juga pernah mengalami penganiayaan serupa saat bekerja di majikan yang sama dengan Erwiana.
20 Januari 2014, atau Senin sore jam 3 waktu Hong Kong, Law Wan Tung ditangkap di Bandara Internasional Hong Kong saat akan melakukan perjalanan menuju Bangkok bersama temannya.
Untungnya majikan Erwiana sudah dicekal berkat laporan Susi ke ke kantor Polisi, jadi keinginan untuk kabur gagal total berkat kesigapan dan kerja sama yang baik antara polisi dan imigrasi Hong Kong.
Kini, dunia internasional sedang ramai mengangkat berita tentang Erwiana, seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di Hong Kong yang diperlakukan seperti budak oleh majikan. Julukan baru pun kini Hong Kong sandang. “Kota dengan Peradaban Perbudakan Modern" dan bukan lagi "Surga bagi pekerja migran/ PRT"
Hong Kong malu mendapat julukan seperti ini dan berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini dan menghukum berat majikan Erwiana. Semua jajaran saling bekerja sama untuk mengusut kasus Erwiana dan berjanji memperbaiki kondisi pekerja migran yang bekerja di Hong Kong.
Penelitian Amnesty sendiri menyebutkan bahwa ribuan perempuan Indonesia yang diperdagangkan ke Hong Kong menghadapi eksploitasi dan resiko “perbudakan” rumah tangga. Banyak yang tidak percaya dengan penelitian ini karena ini adalah Hong Kong. Namun kasus Erwiana seolah-olah mengamini penelitian Amnesty tersebut.
Polisi Hong Kong datang ke Sragen untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap Erwiana. Polisi yang datang ini adalah tim terbaik yang dimiliki Hong Kong. Saya tergelitik ingin bertanya, apakah polisi Indonesia sudah pernah mendatangai Erwiana selama hampir 2 Minggu dia dirawat? Atau, datang ke rumah sakit saat mengawal polisi yang datang dari Hong Kong ini saja?
Pertanyaan saya terjawab setelah menghubungi Mbak Iwenk dari ATKI yang setia menunggui Erwiana selama dirawat di rumah sakit. Mbak Iwenk, Antik (dari IMWU) dan Rian yang menemukan Erwiana di bandara dan mengantarkan sampai ke rumahnya di Ngawi menunggui Erwiana di rumah sakit. Polisi datang kemarin saat mengawal para polisi dari Hong Kong dan para pejabat terkait.
Sayangnya, saya kurang mendapat berita dari media tanah air, tempat di mana Erwiana sang korban dirawat. Berita begitu gencar justru dari Hong Kong dan negara lainnya. Kenapa? Apakah kasus Erwiana kurang menarik bagi media di tanah air Apakah berita soal Nyonya Presiden dengan Instagramnya, Bapak Presiden dengan buku baru dan partainya lebih menarik?
Lagi-lagi saya harus prihatin dengan petinggi negeri ini. Bencana dimana-mana dan Presiden masih saja tak peduli dengan para korban. Presiden malah "pelesir" ke Bali untuk mengurusi partainya. Duh.
Dan satu lagi berita unik dari kasus Erwiana ini adalah saat Muhaimin (Menakertrans) dan Jumhur Hidayat (Ketua BNP2TKI) di berbagai media mengatakan bahwa kedatangan polisi Hong Kong berkat desakan mereka untuk menuntut kasus ini. Enak ya, sekali desak polisi Hong Kong langsung bertindak.
Tentu masih ingat saat tahun 2013 gaji buruh migran di Hong Kong naik dan ini diklaim berkat kedatangan Muhaimin ke Hong Kong hanya berselang 1 hari saja lalu besoknya gaji PRT naik. Ini hanya terjadi pada pejabat Indonesia, karena pejabat dari negara lain tidak ada yang mengklaimnya. Keren bukan?
Tadi malam di Facebook begitu ramai membicarakan kedatangan polisi Hong Kong ke Sragen dan pernyataan Muhaimin juga Jumhur di berbagai media. Pagi ini, kedua pejabat ini menjadi bahan tertawaan sekaligus kegeraman para BMI.
Bagaimana tidak? Desakan agar menuntut kasus ini diusut tuntas dan menghukum majikan Erwiana seberat-beratnya sudah ada sejak sebelum kedua pejabat ini tahu akan kasus Erwiana. Muhaimin tahunya dari Twitter, sedang BMI di Hong Kong sudah ramai membicarakan kasus ini dan mendesak KJRI untuk memberi saksi kepada Agen dan PJTKI yang memberangkatkan Erwiana serta meminta pemerintahan Hong Kong mengusut kasus ini agar tidak ada lagi Erwiana lain.
Sringatin dari Komite keadilan untuk Erwiana berpendapat bahwa "Pemerintah hanya Ingin mencari muka dan jaga image saja, tetapi pemerintah tidak sesungguhnya dan sepenuh hati membela Erwiana dan seluruh BMI yang ada di luar Negeri."
Kita sudah lama menuntut pemerintah untuk tidak memaksa BMI masuk Agen dan PJTKI karena PJTKI yang membuat kita sengsara, tapi apakah pemerintah mendengarkan suara kita? Tidak. Dan semakin menjerumuskan kita dengan pelarangan pindah Agen dan melarang kontrak Mandiri. Tambahnya.
Keadilan bagi Erwiana nanti tentu akan sangat berdampak bagi semua buruh migran di luar negeri, kususnya Hong Kong. Dan semoga pemerintah bisa belajar dan tidak asal klaim dengan kesigapan Hong Kong mengusut kasus ini.
Hong Kong saja sangat malu ada warganya yang memperlakukan PRT seperti budak sehingga mendapat julukan "Kota dengan Peradaban Perbudakan Modern" masa Indonesia tidak malu karena sudah sangat sering harga dirinya diinjak-injak oleh negara lain?
Pak Presiden, tolong dengan sangat untuk sejenak bekerja lebih sungguh-sungguh lagi dan jangan hanya mengurusi partai saja. Ingat Pak, lihatlah Pak, banyak warga negara yang terkena bencana. Ada warga negara di luar negeri yang bertaruh nyawa demi sesuap nasi intuk keluarganya.
Ibu Presiden, masih sibuk ya dengan kamera dan Instagram? Kapan mendatangi Erwiana dan mengambil fotonya lalu di upload ke Instagram, Bu? Kami tunggu hasil jepretan Ibu tentang Erwiana.
Pak Muhaimin, tidak perlu menunggu PKB menang seperti kicauan anda di Twitter. Kinerja anda baik dan membawa perubahan bagi kaum buruh yang kami tunggu. Cukuplah Presisen yang sibuk dengan partainya, anda sibuklah dengan kementrian untuk mengurusi kaum buruh di dalam dan luar negeri yang kini sangat memprihatinkan. Tapi, kalau pun anda juga ingin seperti Presiden yang tak peduli, saya hanya bisa mengelus dada. Sabar punya pejabat seperti ini
Pak Jumhur, lembaga yang anda pimpin, BNP2TKI namanya sudah buruk karena KTKLN yang menurut anda sakti buat TKI untuk mencegah TKI di luar negeri dari penyiksaan dan penganiayaan. Erwiana punya KTKLN kan, Pak? Sakti ya kartu ini? Tolong dong, Pak. Jangan terus-terusan membanggakan KTKLN. Kartu iti sudah basi, Pak. Terbukti tidak ada guna dan manfaatnya sama sekali buat BMI di luar negeri.
Toh anda dan Pak menteri baru tahu kabar ada penganiayaan dari media dan bukan dari KTKLN, si kartu sakti ini.
Semoga para pejabat ini bisa meniru kinerja pejabat Hong Kong dalam mengusut kasus Erwiana. Karena malu dan tidak ingin nama Hong Kong hancur di mata dunia gara-gara nila setitik.
Erwiana, ribuan kawan BMI terus berdoa dan mengawal kasusmu. Keadilan buatmu adalah keadilan buat kami semua, para BMI di luar negeri. Semoga cepat sembuh dan kembali ke Hong Kong untuk menuntut keadilan dan menghukum berat Law Wan Tung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H