Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membandingkan Polisi Kita dengan Polisi Hong Kong

25 Oktober 2012   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:24 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lumayan lama juga tidak menulis di sini. Semoga masih ada yang ingat dengan saya. Saya tidak akan menulis hal yang berat-berat  (emang pernah nulis hal  berat gitu?). Saya   ingin berbagi cerita saat saya ngobrol santai dengan Polisi di kota saya, Ponorogo, bulan lalu  saat saya pulang kampung.

Tepat sebulan yang lalu saya kehilangan ATM. Seingat saya sih ATM tersebut lupa saya ambil karena buru-buru, cuma ambil uang lalu cabut dari TKP (tempat Kejadian perkara). Saya baru menyadari  keesokan hari saat mau mengambil uang ternyata ATM tidak ada di dompet. Ngubek-ubek dompet dan tas pun tidak ada. Untung buku tabungan saya bawa, saya lalu bilang ke satpan kalau ATM saya hilang, kebetulan bank sudah mau tutup, sekalian minta tolong ke satpam untuk ngeprint buku tersebut dan Alhamdullilah saldo masih aman.

Satpam yang baik hati itu menyarankan saya untuk menelepon ke call center Bank untuk memblokir sementara rekening sambil menunggu ATM baru. Sekalian menyuruh saya membuat laporan kehilangan ke kantor polisi. Wuiihh, mendengar kata “polisi” entah kenapa hati saya kok agak gimana gitu ya. Maklum, ini Indonesia, bukan Hong Kong (halah).

Saat di Kantor Polisi.

Jam menunjukkan hampir pukul 4 sore. Saya ditemani abang saya masuk ke konter pelayanan masyarakat. Jujur perasaan saya dag dig dug. Alasannya kenapa saya tidak tahu. Setelah sampai di dalam, saya utarakan maksud saya tentang kehilangan ATM, tempat di mana, kejadian jam berapa sekalian menyerahkan syarat-syarat yang dibutuhkan . Karena tidak punya KTP, saya serahkan paspor yang kebetulan juga saya bawa.

Saat itu TV di ruangan menyiarkan tentang tawuran pelajar yang terjadi di Jakarta. Iseng saya bilang gini,

“Pak, kenapa ya masyarakat kita kok kayaknya takut banget sama polisi?. Maaf lo pak ya, kalau di Hong Kong, para polisi itu sudah menjadi teman kami, para BMI.Saat demo, dengan setia para polisi mengawal kita, gak ada tuh pak namanya membentak atau gimana.”

“Itu sebenarnya karena perasaan masyarakat kita aja mbak. Padahal kita juga gak bakalan ngapa-ngapain. Sama kayak mbaknya, karena terbiasa dengan polisi Hong Kong, jadi gak takut dengan kami di sini.” Jawabnya.

“Iya sih. Jujur saja pak, banyak lo yang saat naik motor, saat melihat polisi tiba-tiba takut, padahal mereka merasa tidak melanggar apa-apa. Sama kayak saya, kalau motoran di sini perasaan takut itu selalu ada kalau lihat polisi.”  Tambah saya.

“Nah itulah mbak, harusnya perasaan seperti itu tidak ada. Kita gak bakalan ngapa-ngapain selama mereka tidak melanggar peraturan.” Tambah pak polisi (namanya lupa).

“Kalau di Hong Kong pak ya, misalnya kita lagi jalan lalu bertemu dengan polisi, perasaan kita itu biasa-biasa aja, gak ada rasa takut sedikit pun. Atau pas kita tidak tahu jalan lalu bertanya ke polisi. Kita menganggap polisi sana itu sudah seperti teman kita, jadi tidak ada rasa takut sama sekali.”

“Nah, masalahnya masyarakat kita itu sudah kadung menganggap kita ini orang yang menakutkan, mbak. Makanya penilaiannya beda. Coba kalau mereka seperti mbaknya, yang terbiasa berhadapan atau melihat polisi Hong Kong, pasti saat bertemu dengan polisi Indonesia rasanya juga lain, anggapannya ke kami juga lain. Tidak ada rasa takut dan menganggap kami ini sebagai teman.” Tambahnya lagi dengan bijak.

Karena surat kehilangan sudah jadi, saya lalu pamit ke bapak-bapak polisi yang baik hati ini. Saya kira harus bayar, eh ternyata GRATIS. Kalau gini mah baru Polisi Indonesia beneran J

Mungkin kalau saya tidak kehilangan ATM, saya juga tidak bakalan bisa ngobrol dan berbagi dengan para polisi di kota saya ini. Rasanya puas juga saya bisa mengeluarkan unek-unek saya yang sudah lama terpendam ini.

Sebenarnya kalau kita menganggap para polisi itu sebagai teman, sebagai kawan, dan para polisi kita memperlakukan kita dengan baik tanpa kekerasan apalagi harus mengeluarkan pistolnya, pasti tidak ada cerita pilu tentang penganiayaan yang dilakukan oleh polisi A, B atau C.

Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan polisi kita. Saya hanya mencoba membandingkan saja dengan polisi Hong Kong. Bagaimana ramah dan bersahabatnya polisi Hong Kong dengan warganya. Bukan saja warga lokal, tapi juga warga asing yang hidup di Hong Kong.

Nah segitu dulu cerita saya kali ini. Jangan takut ya kalau bertemu dengan polisi. Anggap saja polisi itu teman, kawan dan sabahat kita dan bukan lawan apalagi musuh kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun