Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Curhatan BMI di Kompasiana Masuk ke Kompas.com

20 Maret 2012   09:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu artikel dari Kompas.com hari ini yang membuat saya sangat bersemangat untuk terus menyuarakan tentang kondisi yang terjadi dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) kita yang ada di luar negeri “"Keangkeran" Bandara Soetta bagi TKI

Saat acara “Kopi Darat” di Hong Kong yang kebetulan dihadiri langsung oleh salah satu admin Kompasiana, mas Iskandar Zulkarnaen, yang juga menjabat sebagai Community Editor KOMPAS.com kita sempat membahas tentang hal ini. Citizen journalism atau jurnalisme warga tidak bisa dipandang remeh apalagi kita hidup dijaman yang sudah tidak bisa dijauhkan dari internet seperti saat ini.

Kami, kususnya Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ada di Hong Kong yang ikut dalam acara kopi darat, sangat ingin ada perubahan nyata   dalam dunia TKI yang sampai saat ini masih dipandang remeh oleh banyak orang dan menurut mereka gampang diakali dan dibodohi.

Berbicara tentang TKI memang tidak bisa dijauhkan dan dilepaskan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) Cengkareng. Bandara ini masih saja terus menjadi momok menakutkan bagi para TKI kususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang mendarat di sini.

Sebenarnya masalah buruh migran  itu sangatlah banyak dan begitu kompleks. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang terus mendapat penolakan dari para BMI (kususnya BMI Hong Kong) masih terus digemakan.

Masalah Bandara Soetta dan KTKLN sama-sama penting untuk di bahas dan ditindak lanjuti, tapi karena bandara Soetta lebih banyak memakan korban kususnya para TKW dari Timur Tengah, kami memilih untuk mendahulukan masalah ini untuk segera di blow up ke media dan Kompasiana yang menjadi wadah pertama (terima kasih mas Isjet sudah menindak lanjuti curhatan kami).

Saya sendiri setelah acara kopi darat usai sempat pesimis, apa iya Kompasiana mau melirik hal ini dan menjadikannya topik untuk dibahas? Rasa pesimis saya berkurang setelah ada mention dari mas Isjet untuk menulis pengalaman seputar “Kriminalisasi Bandara” lewat facebook. Dan saat menulis tentang “Kriminalisasi dan Diskriminasi terhadap TKI Hanya Ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta” ini pun, rasa pesimis saya masih ada, apa iya hanya sampai di sini lalu hilang begitu saja?

Dengan dimasukkannya tulisan tentang keangkeran bandara Soetta ke Kompas.com hasil curhatan para Kompasianer, tentu ini menjadi bukti bahwa tulisan orang biasa apalagi TKI tidak bisa dipandang sebelah mata.

Saya pribadi tentu berharap bahwa tulisan-tulisan tadi tidak akan berhenti sampai di sini saja. Harapan besar saya tulisan itu akan ditindak lanjuti oleh pihak-pihak terkait yang selama ini menjadi pengurus bandara Soetta kususnya Terminal-3 yang dikususkan bagi para TKI, dan juga semua pihak yang mengurusi tentang dunia TKI seperti Kementrian Tenaga Kerja dan BNP2TKI.

Harapan berikutnya, saya sangat ingin semakin banyak dari para TKI/TKW/BMI yang bekerja di Negara manapun untuk bergabung ke Kompasiana dan menulis tentang apa saja, paling tidak kita bisa menjadi wartawan untuk diri kita sendiri dan syukur-syukur menjadi wartawan untuk lingkungan sekitar kita.

Terima kasih untuk Kompasiana yang sudah menjadi wadah bagi kami untuk menyuarakan ketidakadilan yang kami rasakan. Besar harapan saya dari tulisan-tulisan yang mengalir ini akan membawa perubahan besar bagi kami kususnya para BMI  dan semua orang yang ingin mendapatkan rasa aman, nyaman dan tenang, serta jauh dari rasa takut dan juga terror saat pulang kembali ke tanah air tercinta.

Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun