Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saat Kompasianer Hong Kong Kopdar dengan Kompasianer dari Jakarta

6 Februari 2012   04:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:00 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_168592" align="aligncenter" width="576" caption="dari kiri : Ani, Saya, bu Wita, Dwi, Sanchai, Sarwendah, dan Chatyn Glazes di pasar Causway Bay"][/caption]

Untuk ketiga kalinya Kompasianer Hong Kong diberi kesempatan untuk kopi darat dengan Kompasianer dari Jakarta yang datang langsung ke Hong Kong. Sebelumnya kami sempat kopi darat dengan omJulianto Simanjutakdan Bang Nasr. Ibu Wita Rifol datang ke Hong Kong untuk mengisi acara yang diadakan oleh Buruh Migran Indonesia (BMI). Saya dapat bocoran kehadiran ibu Wita saat beliau mengirim pesan lewat akun saya di Kompasiana ini. Beliau bercerita kalau ingin ke Hong Kong dan ingin kopi darat dengan teman-teman Kompasiana disini. Dengan sangat senang hati saya menyanggupi dengan syarat harinya Minggu, hari dimana hampir semua BMI libur.

Minggu tanggal 5 Februari 2012 akhirnya kami bisa bertemu. Setelah seminar bu Wita selesai, saya menunggu untuk mendekat, menyapa beliau, namun sayang saya harus bersabar karena banyak temen BMI yang antri untuk berfoto. Saat beliau beranjak dari tempat duduk untuk istirahat makan siang, saya pun mendekati bu Wita. Rupanya bu Wita bisa langsung menebak saya dengan memanggil nama saya sebelum saya memperkenalkan diri lebih dahulu. Langsung saja saya menghambur untuk memeluk beliau. Dan entah kenapa saya tidak bisa menahan air mata. Saya bisa merasakan dekapan hangat seorang ibu yang baru 2 tahun sekali saya bisa rasakan.

Setelah istirahat makan siang selesai, saya mengajak bu Wita beserta bapak untuk jalan ke Causway Bay bertemu denganAni Ramadhanieyang paginya sudah bertemu dengan ibu Wita lebih dulu dan harus berpisah karena ada urusan. KompasianerSarwendahjuga ikut menunggu di kawasan Causway Bay. Sebenarnya kami ingin mengajak bu Wita untuk jalan-jalan ke kawasan Mongkok dan Tsim Tsa Sui, tapi bu Wita bilang kalau kemarin baru saja jalan-jalan ke sana bersama mbak Lexy Mayang kebetulan libur hari Sabtu. Akhirnya kami pun jalan-jalan ke sekitar Causway Bay, sekitar lapangan Victoria Park. Bu Wita penasaran dengan Victoria Park yang sering disebut menjadi kampung Jawanya Buruh Migran dari Indonesia (BMI). Banyak yang bisa kita lihat dari lapangan Victoria Park yang dipenuhi oleh para BMI. Ada yang duduk sambil makan bersama, ada yang baca koran, ada yang belajar merias wajah untuk pengantin, ada yang membuat ketrampilan tangan dan masih banyak lagi.

[caption id="attachment_168604" align="aligncenter" width="662" caption="lapangan Victoria Park yang menjadi kampungnya BMI di hari Minggu"]

1328458682329213878
1328458682329213878
[/caption]

Setelah puas dari lapangan Victoria Park, ditengah musim dingin 14-17 derajat kami menuju ke Warung Malang untuk menikmati menu-menu Indonesia. Warung Malang ini pemiliknya asli orang Indonesia yang sudah puluhan tahun di Hong Kong. Mbak Dwiyang saya kabari kalau kami sudah kumpul akhirnya menyusul kami ke Warung Malang bersama dengan mbak Chatyn Glazes . Hampir 2 jam kami duduk sambil makan sambil ngobrol tentang apa saja kususnya seputar Kompasiana. Bapak Rifol hanya senyum-senyum mendengar kami bergantian bercerita, maklum kalau perempuan kumpul pasti jadinya rame.

Bu Wita banyak memberi masukan, nasehat, juga semangat kepada kami, kususnya soal menulis. “Ada lo sarjana, doktor, pendidikan tinggi tapi tidak bisa menulis, mbak-mbak disini harus bersyukur bisa menulis, teruskan itu dan jangan berhenti.” Yup, saya sendiri butuh semangat seperti ini. Menulis bisa jadi terapi dan bisa mendokumentasikan apa yang pernah kita rasakan dan alami kemudian kita tuangkan ke dalam tulisan. Jangan biarkan ide mengendap didalam otak yang akhirnya akan hilang, ayo tulis karena itu bisa menjadi dokumentasi kita nantinya.

Karena jam mulai menunjuk angka 6 dan Warung Malang mulai penuh, kami pun beranjak untuk keluar meninggalkan tempat kopi darat. Tempat selanjutnya adalah pasar Causway Bay, masih dekat dengan Warung Malang ini. MbakSanchaiKompasianer dari Jakarta yang juga BMI ikut menyusul dan bertemu kami di pasar ini. Dengan senyum khasnya dia menyapa kami satu per satu. Pasar Causway Bay sebenarnya tidak jauh beda dengan pasar Mongkok cuma kalau di Mongkok penjualnya lebih banyak.

[caption id="attachment_168595" align="aligncenter" width="576" caption="di Time Square "]

13284577471799651630
13284577471799651630
[/caption] [caption id="attachment_168605" align="aligncenter" width="593" caption="di Time Square mejeng ria sebelum pulang"]
1328458868410017458
1328458868410017458
[/caption]

Setelah dari pasar ini, Bu Wita diminta untuk menemui panitia penyelenggara acara yang diisi paginya. Kami mengantar kesana, kebetulan tempatnya didepan pasar, atasnya kantor Dompet Dhuafa Hong Kong, hanya duduk sebentar dan kami membawa bu Wita kembali untuk melanjutkan jalan-jalan. Masih di kawasan Causway Bay, kami berjalan santai menuju ke "Time Square". Time Square adalah pusat perbelanjaan yang lumayan besar selain SOGO di daerah Causway Bay ini. Karena waktu sudah makin mepet, kami pun hanya berfoto-foto di bawah. Setelah puas, kami berjalan untuk menuju ka arah MTR dan disinilah kami berpisah. Saya berpamitan dengan bu Wita dengan peluk cium berkali-kali, rasanya sungguh berat saya melepas beliau, entah kenapa saya merasa begitu dekat sekali meski baru sekali bertemu. Mbak Sanchai yang pulang ke Tin Hau berjalan kaki sendirian, sedang Ani dan Dwi bersama bu Wita sekalian naik MTR untuk pulang ke tempat masing-masing.

Banyak sekali hal positif dan baru yang saya pribadi dan juga teman-teman lain dapatkan dari acara kopi darat ini. Kami para BMI jauh dengan saudara dan keluarga, mendapat kunjungan langsung dari Kompasianer Indonesia yang datang ke Hong Kong rasanya seperti mendapat siraman air hangat ditengah musim dingin. Kami baru pertama kali bertemu, tapi saat ngobrolrasanya seperti teman yang lama tidak bertemu. Tidak ada canggung sedikit pun diantara kami. Semangat menulis untuk berbagi semakin bertambah lagi.

Menjadi pekerja rumah tangga atau TKI/BMI bukan alasan untuk malu dan minder  untuk menulis. Semua orang berhak untuk menulis tentang apa saja. Tentang hal-hal yang dia rasakan dan alami. Kompasiana sebagai wadah yang pas untuk belajar menulis, berbagi ilmu dan mencari ilmu juga tidak pernah membeda-bedakan dan mengotak-kotakkan para user yang masuk ke sini. Saya sendiri telah menemukan kenyamanan selama bergabung disini. Kopi darat adalah acara yang paling  ditunggu untuk lebih dekat lagi dengan sesama Kompasianer yang sebelumnya hanya kenal sebatas tulisan dan kolom komentar. Sharing and Connecting terjalin indah lebih indah ladi dengan kopi darat

Hayo, siapa lagi yang mau ke Hong Kong? Kami siap untuk mengadakan kopi darat lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun