Mohon tunggu...
Feny Livia Manjorang
Feny Livia Manjorang Mohon Tunggu... Lainnya - masih beginner.

menulis = menegur diri sendiri. mari saling menegur namun tetap mengasihi:-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernikahan Itu Kewajiban, Ketakutan, Tekanan, atau Kultur Budaya?

17 Januari 2021   16:35 Diperbarui: 17 Januari 2021   18:31 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi lainnya adalah alasan menikah untuk menghindari dosa. Alasan ini biasanya kita temukan pada remaja-remaja yang ingin menikah. Alih-alih menyempurnakan agama dan terhindar zina serta paling banyak menimbulkan masalah. Menikah hanya untuk menghindari dosa mempersempit nilai pernikahan tersebut. 

Menikah sebagai jalan ninja seseorang untuk mengurangi dosa-dosanya berbanding terbalik dengan kehidupan menikah yang begitu kompleks. Tidak jarang juga orang tua mengizinkan anaknya menggunakan alasan menghindari dosa  untuk menikah tanpa mempertanyakan keseriusan dan alasan yang kuat. 

Pada akhirnya, pernikahan yang dilakukan untuk menghindari dosa akan berakhir seperti surat izin berhubungan sex. Mengingat begitu banyaknya perceraian dini terjadi. Menghindari dosa memang sebuah niat baik tetapi tidak dapat dipakai menjadi satu-satunya alasan untuk menikah.

Menikahlah karena kamu sudah menemukan jawaban yang tepat bukan karena hal-hal lain atau mengikuti budaya masyarakat. Tidak perlu menikah karena deadline, selagi ada yang mau, ketakutan karena teman-teman sudah berkeluarga, dan lain-lain. Jangan membuat keputusan karena didasari rasa takut. 

Oleh karena itu, untuk semua orang yang belum menikah atau ingin menikah jawablah dari lubuk hati terdalam mengapa kamu menikah? Pikirkan ulang motivasimu dan tidak ada salahnya meminta hikmat dari Sang Pencipta. Karena ada begitu banyak kenyataan yang memutuskan seseorang untuk menikah dan berakhir dengan penyesalan. Aku bangga kepada orang-orang yang belum menikah dan berhasil melewati semua tekanan-tekanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun