Masih dalam situs yang sama, di sana dijelaskan, ada dua jenis emphaty gap yakni Hot State dan Cold State. Hot State, keadaan ketika emosi sedang tidak stabil dan berpikir irrasional, biasanya saat manusia sedang marah, sedih, takut, kecewa, dll.
Sementara Cold State, seseorang dalam posisi stabil dan berpikir rasional sehingga dapat mengontrol dirinya sendiri. Jadi, ketika curhatan kita direspon dengan, "udahlah jangan berlarut-larut dalam kesedihan, harus bisa bangkit, makanya melawan, dll". Itu berarti kita dan si pendengar sedang berada pada perbedaan perasaan sehingga sulit untuk saling mengerti.
Oleh karena itu, memahami Hot-Cold Emphaty Gap sangat penting supaya mampu berempati dan memposisikan diri tanpa berakhir dengan meresponkan namun melukai perasaan orang lain.
Kata bijak mengatakan, seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlampau banyak. Itu hanya bisa terjadi jika dia bisa berempati terhadap siapapun. Tanpa kemampuan mengendalikan empaty gap, seseorang akan kerap berubah menjadi hakim bagi sesamanya.
Saatnya memahami emphaty gap!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H