Mohon tunggu...
Fenusa As
Fenusa As Mohon Tunggu... -

Orang yang disebut Kafir oleh Orang meskipun Orangnya Sendiri Nggak Merasa Seperti yang disebut Orang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Untuk Apa Mengibarkan Bendera Setengah Tiang?

30 September 2014   21:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini aku melihat banyak penduduk yang mengibarkan bendera setengah tiang. Demikian jugak di instansi tempatku bekerja. Satu kebiasaan(keharusan) yang diturunkan oleh rezim Orba. Untuk memperingati peristiwa G30SPKI. Katanya untuk penghormatan kepada Pahlawan Revolusi, yang jadi korban kebiadaban PKI. Mereka itu, katanya, dibantai oleh PKI. Sekaligus sebagai warning akan bahaya laten komunis.

Di masa Orde Baru, rakyat  dipaksa percaya bahwa "dalang" dan pelaku kekejaman itu ialah orang-orang PKI. Dan nggak  diberi ruang sama sekali  untuk mempertanyakan kebenarannya. Bahkan setiap orang yang terindikasi segera dibantai tanpa punya hak sedikitpun membela diri. Sebuah pembantaian yang jauh lebih keji dari yang dilakukan oleh PKI itu sendiri(jika memang benar para jendral itu memang dibunuh oleh mereka).

Belakangan, semakin banyak yang meragukan kebenaran yang dijual orde baru tersebut, meskipun sudah terlambat. Ratusan ribu(mungkin jutaan) rakyat nggak berdosa, yang nggak tau apa-apa, yang jarak tempat tinggalnya ribuan kilo meter dari Lubang Buaya terpaksa meregang nyawa. Belum lagi hak azasi dari keluarga dan keturunan mereka yang "dirampas" oleh rejim Orba.

Ada dugaan kalok para pahlawan revolusi itu hanyalah korban dari drama yang dimainkan oleh orang yang haus kekuasaan pada masa itu. Demikian juga dengan PKI, tanpa sadar telah diarahkan untuk melakukan sesuatu. Jadilah mereka, para pahlawan revolusi dan PKI sendiri, menjadi tumbal, demi meraih sebuah tahta.

Kalok demikian halnya, bukankah pengibaran bendera setengah tiang itu sempurna sebagai babak akhir dari drama besar itu? Menyedihkan. Puluhan tahun kita, sebagai rakyat dari sebuah bangsa yang besar telah ikut menjadi aktornya !

Aku sendiri sudah sangat lama sekali nggak pernah mengibarkan bendera setengah tiang itu. Bukan aku tak hormat kepada pahlawan, melainkan aku nggak mau ikut menyakiti dan membunuh mereka lagi berulang-ulang setiap tahun. Lagi dan lagi setiap tanggal 30 September.

Marilah kita berdoa supaya muncul pemerintahan di negeri ini yang mau meluruskan sejarah. Kita butuh kebenaran. Meskipun terasa terlambat, tetapi yang namanya kebenaran pasti sangat berarti. Walaupun nanti terasa pahit, namun pasti akan lebih baik karena itu akan jadi semacam obat. Janganlah kita jadi pembohong kepada anak-cucu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun