Mohon tunggu...
Humaniora

Dunia-ku Dan Dunia Mereka

22 April 2018   23:06 Diperbarui: 22 April 2018   23:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
slideshare.net/niccotan

Semua orang pasti memiliki kecocokan kepada perseorangan masing-masing, tanpa bisa dipaksakan kecocokannya. Kecocokan yang terbentuk ini bisa terbentuk karena seorang individu merasa memiliki kesamaan dengan individu yang lain dalam bidang tertentu. Misalnya sama-sama memiliki hobi membaca buku, individu tersebut akan merasa nyaman apabila bersama orang yang suka membaca pula. Hal tersebut pasti sering kita alami bukan?

Anggapan seseorang tentang individu yang menurutnya cocok menurut ilmu bimbingan dan konseling disebut kelompok dalam (in group). Sedangkan yang dianggap tidak memiliki kecocokan disebut kelompok luar (out group).

Kelompok-kelompok ini bisa didasarkan hampir ke setiap kriteria, yaitu: status sosial, ekonomi, pencapaian atletik atau artistik, kemampuan khusus, asal usul ras budaya, dan lain sebagainya.

Jika ditinjau lebih dalam lagi, sebenarnya adanya kelompok dalam dan kelompok luar ini hanyalah kelompok imajinasi dari seorang individu. Sedangkan dalam pembagian jenis kelompok konseling, kelompok dalam dan kelompok luar tidak ada sangkut pautnya sama sekali.

Seseorang yang telah merasa nyaman dengan perseorangannya, akan menganggap bahwa inilah dunianya. Ia merasa nyaman ketika berada didekat perseorangannya. Maka banyak dari mereka yang menganggap bahwa inilah dunia mereka.

Sedangkan di dalam kelompok luar, seorang individu merasa tidak nyaman dengan keadaan dan suasana tersebut sehingga mengganggap bahwa itu adalah dunia orang lain bagi individu tersebut. Karena di dalam kelompok luar dapat terjadi berbagai ketidaknyamanan. Diantaranya dapat terjadi adanya pendiskriminasian, merasa terkucilkan, bahkan juga dapat terjadi pengolokan (bullying).

Hal inilah yang menjadi penyebab dunia luar menjadi sangat nyata bagi seorang individu, walaupun realitanya itu hanyalah imajinasi individu itu sendiri.

Semoga artikel ini bermanfaat.. Apabila ada sesuatu yang kurang berkenan silahkan kritik dan sarannya disampaikan. Penulis juga sangat mengharapkannya. Terimakasih..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun