Mohon tunggu...
Humaniora

Pelajaran Hidup dari "Maf'ul bih"

8 April 2018   21:33 Diperbarui: 8 April 2018   22:25 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maf'ul bih ( ) dalam bahasa indonesia berarti objek. Dalam susunan kalimat subjek, predikat dan objek. Sedangkan Maf'ul bih dalam ilmu nahwu berarti isim manshub yang menjadi sasaran perbuatan. Yang terdapat dalam sebuah susunan kalimat fi'il, faa'il dan maf'ul bih. Fi'il adalah kata kerja, sedangkan faa'il adalah orang yang melakukan pekerjaan dalam suatu kata kerja.

Ketika mengalami kegagalan, mari kembali tengok maf'ul bih. Maf'ul bih dalam bahasa arab diperoleh jika sudah terdapat fi'il dan faa'il. Maf'ul bih adalah sebuah hasil, dan hasil tidak akan diperoleh tanpa proses dan usaha dari seseorang. Jika hasil yang didapatkan seseorang belum memenuhi keinginan, berarti proses dan usaha seseorang tersebut belum memenuhi kadar keberhasilannya. Sehingga jikalau orang (faa'il) mau usaha (fi'il) maka hasil (maf'ul bih) akan didapatkannya.

Tanda (harakat) dari maf'ul bih haruslah nashab berupa fathah, maka itu maf'ul bih disebut isin manshub. Kenapa harus fathah? Karena fathah adalah harakat yang mulia, yang letaknya berada diatas huruf.

Maf'ul bih ( ) juga bisa diartikan sebagai sebuah cita-cita, tujuan ataupun target. Begitu juga Maf'ul bih. Maf'ul bih dapat dibagi menjadi 5 tingkatan.

1. Dalam tingkatan ini maf'ul bih didapatkan secara langsung. Jika dianalogikan keberhasilan yang didapatkan ini seperti sudah dianugerahi oleh tuhan. Ini bisa saja terjadi apabila dalam proses usaha diiringi dengan doa.

2. Dalam tingkatan ini maf'ul bih ini didapatkan dengan mengubah wazan maf'ul bih. Analoginya keberhasilan itu didapatkan dengan berusaha merubah kebiasan, sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam mencapai sebuah keberhasilan.

3. Tingakatan ini hampir sama dengan tingkatan nomor dua namun berbeda, yaitu Maf'ul bih diperoleh dengan bantuan perubahan wazan. Analoginya keberhasilan didapatkan dengan usaha dalam mengubah dirinya menjadi lebih baik.

4. Maf'ul bih diperoleh dengan tambahan huruf jar. Keberhasilan disini dianalogikan dengan bantuan orang lain. Disini bantuan orang lain bisa saja pengabdian kita kepada orang tersebut dan bisa saja berupa bantuan langsung dari orang tersebut.

5. Pada tingkatan terakhir ini maf'ul bih bisa diperoleh jika dia menempati posisi sebagai dzahaf. Tingkatan inilah yang membutuhkan pengorbanan besar untuk memperoleh sebuah keberhasilan. Jika dianalogikan dari Maf'ul bih diatas, seseorang dapat memperoleh keberhasilan jika dia menggantikan posisi seseorang. Misalkan ada orang yang pensiun, dan seseorang ini mampu menggantikan maka dia baru bisa bekerja.

Yang dibahas diatas hanyalah secuil ilmu nahwu yaitu ilmu Bahasa Arab yang berasal dari Al-Quran. Maka janganlah kamu menganggap remeh ilmu sedikitpun, karena bisa saja yang diabaikan dan diremehkan akan dicari dan sangat dibutuhkan dikehidupan mendatang. Jika Allah telah memberikan berbagai petunjuk yang begitu luasnya, mengapa kalian mengabaikannya. "Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun