Mohon tunggu...
Fentika Rahmawati
Fentika Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Universitas Terbuka

Hobinya nulis, traveling, kulineran. Tapi budget gak sepadan 🥹

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Positif Konflik? Yuk Mengenal Teori Konflik Fungsional Menurut Lewis A. Coser

1 Februari 2024   21:54 Diperbarui: 1 Februari 2024   22:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kehidupan sosial, sebuah konflik akan selalu ada dan tidak akan bisa kita hindari. Untuk memecahkan masalah yang menyebabkan konflik tersebut, lahirlah teori-teori baru yang berasal dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Salah satu pandangan dari salah satu tokoh ahli sosiologi mengenai konflik ini adalah Lewis A. Coser. 

Coser merupakan ahli sosiolog asal Amerika yang memiliki pandangan lain mengenai konflik. Coser berpendapat bahwa konflik tidak selamanya disfungsional bagi suatu sistem, namun sebaliknya konflik bisa bersifat fungsional bagi kelestarian suatu sistem. Singkatnya konflik itu tidak selalu berdampak negatif, melainkan bisa memiliki dampak positif juga. 

Teori konflik fungsional yang dicetuskan oleh Coser ini diperkenalkan pertama kali pada 1956 melalui karyanya yang berjudul "The functions of Social Conflict". Konflik dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan integrasi, bahkan mempertegas sistem sosial yang ada. Untuk memahaminya kita dapat menganalisis dinamika hubungan antara in-group (kelompok dalam) dengan out-group (kelompok luar) ketika ada di dalam konflik. 

Berikut ini beberapa proposisi yang diungkapkan oleh Lewis A. Coser.

  1. Solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam suatu kumpulan akan semakin kuat ketika tingkat konflik dengan kelompok luar meningkat.

  2. Konflik dapat memperkuat pembatasan antara satu kelompok dan kelompok lainnya, terutama kelompok yang berselisih atau berpotensi menimbulkan konflik.

  3. Semakin tingginya tekanan untuk mencapai konsensus dan konformitas, maka potensi untuk perpecahan atau pembentukan kelompok dalam kelompok akan meningkat.

  4. Individu atau kelompok yang melakukan penyimpangan, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, tidak dapat ditolerir jika mereka tidak dapat diarahkan kembali ke dalam kelompoknya; mereka mungkin diusir atau ditempatkan di bawah pengawasan ketat.

  5. Komitmen anggota terhadap kelompok dapat berkurang jika kelompok tidak menghadapi ancaman atau serangan dari musuh. Selain itu, perbedaan pendapat di dalam kelompok mungkin muncul, namun penyimpangan dapat ditoleransi, memberikan individu ruang yang lebih besar untuk mengejar kepentingan pribadi mereka.

Meski begitu, Coser tetap tidak menolak sepenuhnya bahwa konflik dapat menimbulkan dampak negatif bagi integrasi. Karenanya Coser memberikan gagasan mengenai katup penyelamat (safety valve) guna meminimalisir atau meredam perpecahan akibat adanya konflik.

Referensi: 

Nurhayati,Cucu et al., 2023. Teori Perubahan Sosial (4th ed). Universitas Terbuka.

Rofiah, K. (2016). Dinamika Relasi Muhammadiyah dan NU Dalam Perspektif Teori Konflik Fungsional Lewis A. Coser. Kalam, 10(2), 469-490.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun