Mohon tunggu...
Fenny Wongso
Fenny Wongso Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Komunikasi USU 2011, menyukai dunia anak-anak, musik, dan tulis-menulis. Web : fennywongso.com, Twitter : @FennyWongso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jeritan Hati

30 Juli 2012   14:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini bukan hasil saya, tapi beliau meminta saya untuk mempostingnya disini.

"Malam ini tidaklah seperti malam malam sebelumnya. Malam yang penuh dengan tetesan darah yang mengalir keluar dari hati yang terluka…tetes demi tetes mengucur membasahi dunia yang telah penuh dengan Keegoisan, Keserakahan dan ketidakperdulian, yang akhirnya JANJI yang telah diucapkan terlupakan dan secara sadar atau tidak, telah melukai perasaan hati seseorang yang sangat disayangi.

Seorang pemuda yang polos, dalam perjalanan untuk mengerti Arti Hidup untuk mengembalikan jati dirinya yang telah lama terpendam dan terabaikan, menjerit…meminta pertolongan dalam ketakutan akan melukai hati orang lain kepada diri ini yang mana Kepercayaan penuh yang telah diberikan Pemuda pada diri ini akhirnya harus terombang ambing di antara persepsi, cara pandang dan perasaan diri Pemuda ini yang masih rapuh walau tadinya sudah mulai menguat. Dalam hitungan detik, Semangat dan Kepercayaan yang dibangun…dibina lebih dari setahun itu, tercabik cabik berserakan…berterbangan ke segala penjuru. Masih adakah kesempatan bagi diri ini untuk mengumpulkan kembali Semangat dan Kepercayaan yang hancur tadi???  Masih Sanggupkah diri ini untuk melakukannya???

Suara hati yang menjerit dan terus menjerit atas ketidak berdayaan mencari solusi menghadapi kenyataan ini yang terjadi akibat perbuatan diri sendiri, tidaklah dapat merubah apapun. Walau diri ini dapat lari dari pada kenyataan ini atau bersembunyi  dengan alasan alasan yang tak terhitung untuk membenarkan ini, tetapi hati Pemuda itu telah terluka.

Masih segar dalam ingatan dimana, pemuda ini, yang telah mulai berhasil bangkit dan perlahan lahan menemukan Jati diri sendiri, dengan sendiri membeli dan mengantar sekotak Kue Doughnat untuk diri ini di tengah larutnya malam. Suatu perubahan atas diri Pemuda yang telah membuat tetesan air mata kebahagiaan dan kebanggaan.

Tapi diri ini jugalah yang telah menghancurkannya. Disaat Pemuda ini menjerit dan terus menjerit, diri ini tidak sanggup untuk memberi solusi kepadanya. Kepedihan hati pemuda ini tercermin sangat jelas dalam kata kata yang sangat menyayat dan memilukan “KO, KO mengapa ….???” Hati ini…diri tidak sanggup lagi berbicara ataupun berbuat apapun…hanya membiarkan diri terhempas bebas bersama serpihan serpihan Kepercayaan dan Semangat yang berserakan dan berterbangan….Semuanya harus diserahkan kepada ALAM dan TAKDIR."

Created by : Mr. X

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun