Mohon tunggu...
Travel Story

Perjalanan Singkatku, Hunting Fotografi ke Jawa Tengah

14 Juni 2016   14:33 Diperbarui: 16 Juni 2016   12:02 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Fenny Fitriyaningsih

Indonesia adalah negara dengan sejuta keindahan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keindahan itu tersebar di seluruh Indonesia, keindahan yang ada daerah – daerah terpencil yang jauh dari ibukota. Bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di kota, jarang sekali bisa merasakan keindahan itu. Seperti aku yang ingin melihat keindahan Negara ini, aku harus menjadi seorang traveler.

Pada tanggal 26 bulan Mei kemarin, aku dan teman – temanku pergi ke Semarang. Kampusku yaitu Akademi Televisi Indonesia (ATVI), membuat Tour Hunting Fotografi yang dilaksanakan untuk mahasiswa/mahasiswi semester II jurusan Produksi dan Jurnalistik. Hunting Fotografi ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester (UAS) matakuliah Fotografi.

Sebelum kita semua berangkat ke tempat tujuan. Kita harus mempunyai konsep yang matang bagi masing – masing kelompok. Karena aku mengambil jurusan Jurnalis, aku dan teman jurnalis harus mengambil Foto Jurnalistik. Yaitu Foto yang ada sisi Human Interst bila jika diartikan Foto Jurnalistik adalah foto yang berbicara. Foto yang tidak terfokus pada estetika dan aturan – aturan fotografi pada umumnya, lebih terfokus pada konten atau isi foto tersebut.

Aku dan teman – teman sekelompokku sepakat untuk membuat konsep yang berjudul “Fact and Act In The Central Java Place”. Konsep ini dibuat bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat lainnya bagaimana fakta dan aksi masyarakat Jawa Tengah dengan hasil foto kita.

Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Masjid Agung Jawa Tengah. SubhanaAllah, Masjidnya ini indah sekali, dan memiliki menara Asmahul Husnah. Masjid Agung Jawa Tengah ini juga memiliki payung – payung besar seperti di masjid Nabawi. Tetapi sayangnya payung – payung ini hanya digunakan pada saat hari – hari besar. Yaitu pada saat sholat Idul Adha dan sholat Idul Fitri. Waktu kita sampai disana payung – payung itu tidak dibuka. Sayang sekali ya, padahal jika dibuka kita bisa melihat keindahan yang lebih dari Masjid Agung Jawa Tengah.

Tetapi, banyak yang harus disayangkan di sini. Terutama pada kesadaran masyarakat yang kurang. Terlihat masih banyak orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Ada juga yang tidak mengikuti aturan – aturan yang sudah ada di Masjid tersebut. Kondisi lingkungan sekitar Masjid menjadi tidak bagus. Terlebih dari kekurangan itu kita bisa melihat sisi positifnya. Yaitu lapangan yang luas disekitar Masjid sering digunaan oleh warga setempat untuk olahraga, bersepeda ataupun sekedar jalan – jalan bersama cucu tercinta. Karena memang udara di sana sangat segar sekali. Jadi banyak masyarakat yang berkumpul di Masjid itu pada pagi hari terutama pada hari libur.

Tempat kedua adalah Museum Kereta Api Ambarawa. Pada saat aku sampai di sana udara sangat dingin sekali, mungkin karena tempatnya sedikit menanjak. Di Museum Kereta Api ini, aku melihat orang – orang yang unik sekali. Setelah memasuki gerbang aku dan teman – teman disambut oleh anak – anak TK yang juga sedang mengunjungi Museum ini. Mereka terlihat sangat senang sekali, mereka berlari – lari menaiki kereta yang sudah tidak terpakai itu. Bahkan ada yang sampai tidur – tiduran di rel kereta api. Mereka sangat senang sekali pada saat aku dan teman – temanku mengabadikan foto mereka. Mereka tertawa dan mengobrol dengan teman – temannya menggunakan bahasa Jawa. Bagi kami yang tinggal di Jakarta kejadian seperti ini sangat unik dan menarik sekali. Sayangnya aku tidak bisa menggunakan bahasa Jawa, jika aku bisa pasti aku sudah mengajak mereka berbicara.

Aku dan teman – temanku memiliki kesempatan untuk naik Kereta Api Uap ini. Kejadian seperti ini sangat langka. Karena Kereta Uap ini sudah lama sekali ada, kereta Ini dibuat pada masa penjajahan Belanda. Waw, sudah lama sekali ya. Kereta ini juga masih dioprasikan menggunakan kayu bakar. Dan aku beruntung sekali bisa turut serta dalam menaiki kereta yang sangat langka ini.

Sepanjang perjalanan dari Museum Ambarawa menuju Stasiun Tuntang kita semua dimanjakan dengan keindahan alam yang jarang sekali terlihat di Jakarta. Pemandangan kanan dan kiri ada sawah yang masih hijau sekali dan danau yang dipenuhi tanaman eceng gondok. Banyak orang – orang yang melambaikan tangan kepada kita pada saat kereta melewatinya. Kita yang di atas kereta pun menjadi senang. Karena disambut baik oleh warga sekitar.

Setelah asik menaiki Kereta Api Uap ini. Kami pun kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Tetapi di samping kanan dan kiri bus kami banyak sekali pengemis, mereka menunggu untuk diberikan uang. Anehnya jika kita tidak memberikan mereka uang, mereka akan marah dan kesal. Mereka marah menggunakakn bahasa Jawa yang tidak dimengerti oleh kami. Tidak jarang dari kami juga yang memberikan uang kepada pengemis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun