Mohon tunggu...
Fenny Sitorus
Fenny Sitorus Mohon Tunggu... -

Seorang wanita asal Sumatera Utara yang sedang dan masih belajar memaknai satu kata yang disebut " HIDUP "

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Vandalisme Benteng

19 Februari 2013   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:03 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti duri baginya tancapkan filosofi suci  dalam kekinian
Mengapa sangat keras serabut-serabut bertuan menyusup dalam rongga masa depan ?
Tak jua kawan, riam cantas yang kau tepukkan seakan memantul kanan-kanan
Seperti kartun canguk meredam kerinduan
Elegansi teredam atau sudah tak berkenan?

Tujuh wajah beserta garis-garis merah jambu di April
Melantumkan tawa bertambun, tak tau dia pelak
Simple memang, ia hanya ingin biaskan bahagia! Itu saja.
Takutnya ia bercerai dengan ramah suam dari mereka
Tentunya bersekat-sekat kemudian bernanah
Walau jauh di lubuk hatinya, itu semua tak bisa jadi bumbu kepelakan

Unifikasi tangan kebenaran itu ia butuhkan
Walau Ia telah perintahkan untuk tidak berkompromi sempurna dengannya

Ampun Tuhan, ketika jendela bagi vampir menyerah itu seperti tak lagi menyipit

Genggaman-genggaman yang setia, ia mohon dalam berlutut
Jua Pelangi tak berawan dalam komitmen putih
Hingga memperdaya tanduk yang mau merajam si kurus
Fokuskan kaki melangkah untuk potensi-potensi masa depan berstatus kemenangan
Harapan yang tampak maya jika pelak, kawan

Iman, kasih, dan pengharapan
mengisyarakan isolasi tanpa tanda-tangan
terendap lara kini jabatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun