Lagi-lagi, kalau disimak dari e-flyer, maka ada yang unik di sini, yaitu acara perayaan usia 9 tahun KETAPELS para pesertanya tidak hanya dari kalangan Kompasianer atau penulis di blog Kompasiana saja, tetapi "Terbuka untuk Umum", sehingga kolaborasi acara pun makin ramai dengan ragam peserta yang hadir.
Nah, ada yang khusus di momen ini yaitu pemberian apresiasi kepada Pak Sutiono Gunadi. Cocok memang karena beliau ini bisa dikatakan member teraktif yang ada di komunitas Kompasianer manapun. Ya istilahnya Pak SGL, "Pak Sutiono Gunadi Lagi, Pak Sutiono Gunadi Lagi", hehe. Ini jadi pembuktian, bahwa berkarya itu tak kenal batas usia. Semangatnya Pak Sutiono Gunadi bisa kita tiru untuk terus aktif berkarya.
Penghargaan tersebut dikemas dalam bentuk piagam yang dibubuhi tandatangan CEO Kompasiana. Serta mendapat kenang-kenangan lukisan dari Uwan Art (lukisan dari Mas Uwan, Blogger/Kompasianer).
3. Kolaborasi dengan Muskitnas
Namanya menyelenggarakan suatu acara, maka perlu kerjasama dengan tempat acara. Bila tempat acara tersebut bisa memberikan manfaat, tentunya memiliki dampak positif untuk acara yang digelar itu.
Seperti halnya acara milad KETAPELS ini berkolaborasi dengan Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas), para peserta acara, khususnya saya jadi mengenal tentang museum yang beralamat di Jalan Abdul Rachman Saleh No.26, Senen, Jakarta Pusat, ini.
Muskitnas ini dahulunya adalah gedung STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau sekolah kedokteran yang didirikan Belanda tahun 1899. Pemikiran dr. Wahidin Soedirohoesodo yang membantu anak-anak Jawa agar bersekolah, menjadi inspirasi R. Soetomo dan rekan-rekannya mendirikan Organisasi Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, dan di gedung STOVIA inilah menjadi saksinya.
Dari tahun 1945-1973, gedung yang masih terjaga keaslian lantai, dinding, dan pintunya ini digunakan oleh eks tentara Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) Batalyon V.
Pengelolaan gedung pun beralih ke Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 27 September 1982. Lalu tahun 1983, penetapan gedung bersejarah ini menjadi Cagar Budaya. Kemudian pada tahun 1984, gedung yang menjadi saksi lahirnya Organisasi Budi Oetomo ini ditetapkan sebagai Museum Kebangkitan Nasional.
Koleksi dari museum yang buka dari hari Selasa sampai Ahad mulai pukul 8 pagi hingga setengah 4 sore ini, terdiri dari:
- Gedung Muskitnas,
- Valcamera (part of string galvanometer setup) atau koleksi rontgen tidak dalam kondisi utuh
- Lukisan dr. Wahidin Soedirohoesodo hasil karya maestro lukis Indonesia, yaitu Basuki Abdullah
- Alat pemecah kepala
- Repro foto hitam putih, peletakan batu pertama pembuatan Gedung Nasional di Surabaya tahun 1930
- Tugu peringatan Pendidikan Dokter Indonesia
- Diorama, ruang kelas dan laboratorium