Mohon tunggu...
Fenni Bungsu
Fenni Bungsu Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis

Penyuka warna biru yang senang menulis || Komiker Teraktif 2022 (Komunitas Film Kompasiana)

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film In Flames: Kisah Kelam Ibunda Terulang pada Puterinya

26 September 2024   12:45 Diperbarui: 26 September 2024   12:49 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengatasi rasa bersalahnya, Mariam pun mendatangi rumah sakit yang terdekat dengan lokasi kejadian kecelakaan Asad. Sayangnya, pihak rumah sakit hanya membolehkan Mariam untuk bertemu dengan perawat yang menangani kejadian itu, pada esok hari.

Perasaan Mariam yang makin tidak tenang, tampak jelas oleh Ibunya. Hanya saja Mariam tidak mengutarakan apa yang dialaminya. Namun perasaan seorang ibu tidak akan meleset. Ia berusaha menyelamatkan Mariam, karena kejadian yang sama dengan kisah ibunya pun berulang. Hanya ada satu cara untuk mereka mengatasi hal itu.

Film In Flames: Genre Drama Horor dengan Pesan Moral yang Baik

Film berdurasi 97 menit ini, disutradarai oleh Zarrar Kahn sekaligus sebagai penulis cerita. In Flames merupakan film bergenre drama horor yang rilis pada tahun 2023 dan bisa disaksikan saat ini secara online (OTT) karena tengah berada dalam rangkaian Jakarta World Cinema 2024.

Ramesha Nawal sebagai Mariam (ilustrasi dari IMDb)
Ramesha Nawal sebagai Mariam (ilustrasi dari IMDb)

Bila melihat dari segi alur cerita, film yang menggunakan bahasa Urdu ini kurang untuk nuansa horornya. Mungkin bagi pecinta film horor, akan merasakan bahwa film ini kurang menyeramkan. Seperti ketika Mariam merasakan dibayangi-bayangi oleh "hantunya Asad", terbilang tidak terlalu menegangkan. Begitupun ketika muncul bayangan Asad di rumah sakit, backsound-nya kurang mencekam. Tidak seperti film horor pada umumnya, yang beberapa diantaranya seperti Pengabdi Setan (2017), The Conjuring, A Nightmare on Elm Street yang dari backsound-nya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.

Namun, bagi saya yang tidak begitu suka film horor, dapat mengatakan film ini masih aman ditonton. Urusan bikin kaget dan takutnya, masih bisa diantisipasi, karena backsound-nya yang juga kurang mencirikan film horor. Meski begitu, saya suka dengan pesan moral yang diangkat dari film dengan Anam Abbas selaku produsernya, bahwa dari sisi seorang ibu (orangtua) perlunya mendengarkan pendapat dari anaknya. Baik itu anaknya masih kecil ataupun sudah dewasa, pendapat mereka bisa menjadi masukan sebelum memutuskan sesuatu.

Selain itu, orangtua juga perlu bercerita tentang pengalaman hidupnya, entah secara tersirat atau mungkin dengan petuah/nasihat, karena bisa saja apa yang terjadi oleh mereka akan terjadi pula pada anaknya. Dengan begitu, si anak bisa lebih mawas diri dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Sedangkan dari sisi anak, bila ingin bepergian hendaknya ijin lebih dulu. Begitu juga ketika ada masalah perlunya bercerita kepada orangtuanya. Sebab dalam menyelesaikan persoalan, lebih baik dilakukan bersama orangtua, ketimbang sendirian. Pemecahan masalah yang dilakukan lebih dari satu kepala, akan memberikan ragam jalan keluar yang bisa dipilih.

Dari sisi, kualitas akting, seperti Adnan Shah Tipu sebagai Paman Nasir, Omar Javaid sebagai Asad, Bakhtawar Mazhar sebagai Fariha (Ibu Mariam), Ramesha Nawal sebagai Mariam, dan Jibran Khan sebagai Bilal (adik Mariam), cocok untuk memerankan masing-masing karakter.

Apalagi Bakhtawar Mazhar yang gereget memerankan tokoh Fariha. Seorang ibu yang berupaya keras menyelamatkan hidup putrinya. Belum lagi tatkala terjadi perdebatan dengan Mariam, mimik wajahnya makin mengalirkan cerita. Wajar memang, karena Bakhtawar Mazhar tak hanya seorang aktris, melainkan juga guru akting dan praktisi teater. Ciamik kan!

Begitupula dengan Ramesha Nawal, artis muda berbakat yang memerankan karakter Mariam dengan apik. Penokohan Mariam yang ceria, lalu kemudian frustasi dan murung, bisa tergambar dengan baik dari ekspresi Ramesha Nawal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun