Kalau sudah membicarakan transisi energi adil maka akan banyak hal yang dibahas, seperti tentang bahan bakar fosil dan terkait pula dengan keadilan ekonomi, gender dan ras. Nah, khusus untuk hal gender ini, perempuan pun juga bisa berkontribusi dalam upaya energi terbarukan. Di sinilah transisi energi adil harus dipertimbangkan dengan dialog semua pihak, termasuk dengan perempuan.
Sekilas tentang Transisi Energi Adil
Untuk pengertian transisi energi, tentunya kita sudah mengetahui bahwa transisi energi adalah usaha dalam rangka peralihan energi fosil ke energi terbarukan. Hal ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan energi suatu negeri dan termasuk bumi ini, sebagai langkah kunci mengatasi perubahan iklim dan kualitas udara, serta terciptanya lapangan kerja baru yang dapat membangun dan menunjang masa depan berkelanjutan.
Hanya saja, untuk transisi energi ini tak hanya tentang perubahan energinya saja yang perlu dipertimbangkan, sekaligus juga bagaimana peran serta semua pihak, tanpa memihak satu gender. Artinya bahwa upaya untuk penerapan energi terbarukan ini, peran serta tidak hanya untuk laki-laki saja, tetapi juga terbuka seluas-luasnya untuk perempuan.
Kaitan Transisi Energi Adil dengan Perempuan
Apakah iya, perempuan bisa turut andil dalam pemanfaatan energi terbarukan?
Bisa dong, karena dalam usaha memanfaatkan energi yang rendah karbon dan energi yang lebih bersih, tak hanya perempuan saja yang punya andil kelompok rentan pun juga patut dipertimbangkan, alasannya karena:
1. Pelestari Tradisi Lokal
Kelompok rentan dan perempuan dalam menggunakan energi, bisa sambil melestarikan tradisi lokal misalnya memasak, sekaligus memanfaatkan teknologi energi terbarukan (biogas, panel surya, turbin angin kecil) dalam konteks transisi energi lokal, contohnya inisiasi perempuan menggunakan biogas, sehingga tidak terlalu bergantung dengan bahan bakar fosil.
Selain itu, bisa pula dilibatkan dalam menerapkan praktik berkelanjutan  dalam perlindungan lingkungan sehingga dapat meningkatkan efektivitas proyek-proyek restorasi lingkungan dan pengurangan emisi. Dengan begitu dapat memperkuat keberlanjutan komunitas lokal secara keseluruhan.
2. Pengambil Keputusan
Selain sebagai pengguna energi, perempuan juga bisa memimpin di berbagai aspek kehidupan baik sosial maupun ekonomi, dengan terlibat dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan energi. Partisipasi tersebut bisa menerbitkan solusi yang berkelanjutan dan inklusif.
3. Pemberdaya Kesejahteraan
Kita pastinya tahu, dampak perubahan iklim mempengaruhi segala sendi kehidupan masyarakat, sehingga muncul upaya untuk memanfaatkan energi terbarukan. Hanya saja peralihan ini membutuhkan keamanan kedepannya, dan bagaimana kepastian akses untuk masyarakat khususnya masyarakat miskin, kelompok rentan, dan perempuan.
Oleh sebabnya, peran perempuan sebagai pemberdaya kesejahteraan atau agen perubahan diperlukan guna memastikan akses terhadap sumber daya energi yang bersih dan aman dalam jangka panjang. Serta bisa pula turut serta mensosialisasikan pengetahuan tentang teknologi energi terbarukan melalui pelatihan dan bentuk edukasi lainnya guna menyampaikan solusi-solusi inovatif yang ramah lingkungan.