Mau kemana?
Ke Mandalika.
Oh mau lihat balapan motor ya?
Nonton event olahraga sambil berwisata dong.Â
Loh memang bisa? Ya mengapa tidak?Â
Di Mandalika, kita bisa melihat perhelatan event olahraga sekaligus menikmati sunset ke Bukit Merese, Surfing asik di Pantai Mawi atau Pantai Tanjung Aan, mempelajari seni budaya, dan masih banyak lagi aktivitas menarik yang bisa kita lakukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat ini.
Ya, Mandalika yang tengah viral karena mendengar namanya saat ini langsung terlintas akan sirkuit balap berskala internasional.
Magnet kuat akan eksotisme wilayah Lombok memang tak akan usai untuk dibahas. Apalagi, banyaknya pesona nusantara yang ada di Lombok, beberapa di antaranya seperti Kepulauan Gili dan Gunung Rinjani.Â
Sekilas tentang DSP Mandalika
Maka wajar saja sebutan mutiara dari Lombok ini menjadi daya tarik bagi siapa saja untuk datang berkunjung. Apalagi memang banyak menyimpan potensi wisata olahraga atau sport tourism ini.Â
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dengan definisi olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.
Kawasan Destinasi Super Prioritas (DSP) Mandalika telah menyelenggarakan olahraga bergengsi seperti World Superbike dan kedepannya L'etape Indonesia by Tour de France, Mandalika Off Road Championship, dan MotoGP.Â
Dengan beragamnya potensi lokal di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat ini, maka wajar kalau Pemerintah menetapkan kawasan Mandalika sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Pembukaan Konferensi Internasional MandalikaÂ
Acara konferensi yang saya ikuti berlangsung secara daring, dimulai dari pukul 09.00 WITA atau pukul 08:00 WIB yang terbagi menjadi dua sesi seminar sangat menarik untuk disimak.
Dalam welcoming speech-nya Bapak Drs. H. Lalu Gita Aryadi, M.Si selaku Sekretaris Daerah Provinsi NTB, yang mewakili Gubernur NTB, menyampaikan bahwa, NTB telah melewati 3 fase evolusi pariwisata, antara lain:
Fase Tradisional: branding dan strategi pemasarannya adalah NTB dikenal sebagai tempat berlibur dan honeymoon, sehingga kunjungan wisatawan hanya bersifat temporal saat hari libur saja, belum secara masif.Â
Fase Pertumbuhan: di fase ini pariwisata NTB tumbuh dengan ikon baru (pada tahun 2010) dari yang sebelumnya NTB sebagai tempat berlibur maupun honeymoon saja, menjadi mice destination (menjadi tempat bekerja sambil berwisata) dan membranding NTB sebagai halal destination.Â
Fase Pengembangan: pada fase ini dimana keadaan berada di tengah pandemi, tapi berangsur-angsur menjadi lokasi yang aman untuk dikunjungi, sehingga dapat menjadi reborn pariwisata. Meski mengesampingkan mice destination karena kondisi yang tidak memungkinkan bila berlama-lama berada di dalam ruangan, maka menjadi momentum untuk mengembangkan daya tarik baru yaitu sport tourism.
Apalagi menurut Ibu Rizki Handayani, selaku Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, NTB sudah dikenal dengan kegiatan outdoor activity, yaitu terkenal dengan mendaki Gunung Rinjani.
"Ini kesempatan yang sangat bagus untuk Lombok. Sebab sport event yang diselenggarakan di Mandalika ini bisa dapat dimanfaatkan oleh UKM." Jelas Ibu Rizki Handayani.
Oleh karenanya, kita harus siap sedia sebagai penyelenggara, karena mau tidak mau harus tanggap dan bergerak cepat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahwa 3T untuk Mandalika yaitu Tepat Sasaran, Tepat Waktu, dan Tepat Manfaat.
"Acara konferensi ini sebagai kesempatan untuk membangun kolaborasi dengan GerCep (gerak cepat), GeBer (gerak bersama), dan Gaspol (Gali Potensi Online)," ujar Pak Menteri Sandiaga Uno sekaligus membuka acara konferensi Internasional Mandalika.
Gelar Dua Sesi Seminar di Konferensi Internasional Mandalika
Sport tourism yang tengah digaungkan di Mandalika, menjadi pembahasan yang diangkat dalam Konferensi Internasional Mandalika tahun 2021 ini.
Acara ini tidak hanya membuat saya mengetahui potensi luar biasa dari DSP Mandalika, tetapi juga persiapan yang perlu dilakukan untuk gelaran olahraga selanjutnya pasca World Superbike.Â
Sesi pertama mengangkat tema: Menggali Kesiapan Kawasan Wisata Olahraga Mandalika, dengan para narasumber yaitu:Â
Ekawati Moncarre -- Country Manager VITO Perancis.Â
Dr. M. Firmansyah -- Akademisi Universitas Mataram.Â
Lalu Putria -- Budayawan Sasak Lombok.Â
Adi Prinantyo -- Wartawan Senior Harian Kompas.Â
Sedangkan pada sesi kedua, mengangkat tema: Kunci Pengembangan Wisata Olahraga dan Ekonomi Kreatif Kawasan Mandalika, dengan para pembicara:
Hery Setyawan -- Ketua ASITA Yogyakarta.Â
Helianti Hilman -- Founder of JavaraÂ
Hendra Noor Saleh -- Presiden Direktur Dyandra PromosindoÂ
Mohammad Farid Zaini -- Event Director Rinjani Geopark Sport Tourism FestivalÂ
Zacky Badrudin -- Race Director L'Etape Indonesia by Tour de France
Apa Saja Hal Diperhatikan untuk Menjadikan DSP Mandalika sebagai Sport Tourism yang Berkelanjutan?
Mungkinkah DSP Mandalika akan menjadi sport tourism yang berkelanjutan? Inilah yang menjadi perhatian penting untuk kita semua, untuk bersama-sama mewujudkannya.
Dari Konferensi Internasional Mandalika: "Infinity Experiences of Nature and Sport Tourism" tersebut, saya pun merangkum, setidaknya ada 5 hal yang dapat ditarik, yaitu:Â
A. Antisipasi
Dalam menggelar acara, terlebih lagi bertaraf internasional, sebisa mungkin untuk mengantisipasi dengan melakukan banyak persiapan yang matang. Hal ini dikarenakan sport tourism akan memberikan udara baru sebagai destinasi wisata masa kini.
"Kegiatan sport tourism ini akan mengembangkan infrastruktur baru, menciptakan produk dan destinasi baru," ujar Bapak Mohammad Farid Zaini.
Pada kesempatan yang sama, Pak Hendra Noor Saleh pun menyampaikan dengan berkaca pada saat event WSBK lalu, dimana penjualan tiket yang berjalan cepat, maka pada event olahraga selanjutnya perlu dengan melibatkan stakeholder dan persiapan matang dengan menyiapkan kalender event, serta kemudahan akses jalur transportasi.Â
"Untuk sport tourism, Mandalika sangat bagus. Keindahan alam yang oke dengan challenge-nya masuk ke medium hard. Pantainya dengan view yang indah. Ketika jalan menanjak melihat gunung, saat ke bawahnya melihat pantai. Persiapan matang memang diperlukan misalnya hotel dan villa, transportasi, souvenir, paket perjalanan, dan medali." Terang Zacky Badrudin.Â
B. AdopsiÂ
Mungkin kita pernah mendengar metode ATM: Amati, Tiru, dan Modifikasi. Bukan tidak mungkin untuk untuk event selanjutnya, kita dapat mengadopsi kegiatan olahraga wisata seperti yang telah dilakukan di Yogyakarta dan Perancis.Â
Bapak Hery Setyawan menerangkan, saat event marathon di Yogyakarta, penting untuk memperhatikan kapasitas bandara, kamar penginapan (hotel). Apalagi di masa pandemi seperti ini, protokol kesehatan tidak bisa ditawar, dan jangan sampai lengah.Â
"Kita bisa mengadopsi event olahraga Internasional dari Perancis yang sering mengadakan sport event, contohnya gelaran Tour de' Franc, World Cup, dan Euro Cup. Jadi tidak hanya fokus ke tourism saja, tetapi juga mempromosikan setiap produk lokal setempat, misalnya kain tenunnya, makanan dan minuman," terang Ibu Ekawati Moncarre.
Sambung Ibu Ekawati lagi, Lombok merupakan top 5 destination di Indonesia. Jadi selain tourism juga perlu ada education-nya sehingga menjadi pengalaman yang akan selalu diingat wisatawan yang telah datang berkunjung. Hal tersebut bertujuan agar pengunjung tidak hanya sekadar datang lalu pergi, tetapi memberikan feedback positif kepada masyarakat lokal.
C. Adaptasi
Bila sudah ada persiapan dan contoh penyelenggaraan, maka perlu untuk cepat melakukan penyesuaian. Potensi wisata di kawasan Mandalika yang besar, perlu didukung dengan sarana dan prasarana serta SDM yang mumpuni. Gelaran olahraga yang terbilang cepat pelaksanaannya, maka perlu penyesuaian diri yang cepat pula.
Dari analisa Bapak Adi Prinantyo bahwa Mandalika memiliki modal bagus baik untuk pemandangan alamnya, dan juga kualitas lintasan sirkuit yang ketika hujan memiliki daya cengkram terbaik di dunia.Â
Selain itu, antusias penonton domestik dan mancanegara yang menurut Pak Adi sangat menjanjikan. Hanya saja Mandalika masih harus menggenjot waktu untuk berpacu dalam infrastruktur sirkuit.
"Masih harus terjadi pembenahan pada infrastruktur penunjang sirkuit, SDM sirkuit, SDM non sirkuit seperti bagaimana kesiapan LO dan pengelola homestay, karena kunjungan tingkat okupansi penginapan dari 15% meningkat menjadi 95% saat WSBK lalu, sehingga ini menjadi catatan ketika kita akan menggelar MotoGP pada Maret tahun 2022 mendatang," jelas Pak Adi.
D. Inovasi
Ketika kita tengah berkunjung ke suatu tempat, maka tidak hanya menikmati pemandangan saja, akan ada hal-hal yang dicari lainnya salah satunya adalah souvenir. Di sini, kita dapat me-rebranding produk lokal dengan pengemasan indah yang melibatkan masyarakat lokal, bahkan gastronomi (tata boga).
Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Helianti Hilman bahwa ada 4 aspek yang dicari oleh wisatawan yaitu: pengalaman untuk belanja, menyesuaikan rasa dalam menyajikan makanan, belajar dan mendapat experience.Â
Pastinya menjadi kesempatan buat kita dalam meningkatkan pendapatan lebih tinggi. Namun tentunya, diperlukan juga motor penggerak atau leader yang dapat mengarahkannya. Kalau Bapak Dr. M. Firmansyah menyebutnya adalah institutional design.Â
"Untuk mendukung sport tourism di kawasan Mandalika, kita membutuhkan institutional design, satu kelembagaan besar yang terlibat semua unsur yang membangun kesepakatan dalam membangun NTB. Kita membangun peta jalan bersama yang melibatkan semua pihak dengan adanya leader," jelas Pak Firmansyah.
E. Kolaborasi
Puncak dari 5 oleh-oleh Konferensi Internasional Mandalika adalah kolaborasi. Ini memang harus ada, karena pastinya tidak akan bisa penyelenggaraan dilangsungkan tanpa adanya kerjasama semua pihak.Â
"Untuk meningkatkan daya saing, kita harus bersama-sama. Kalau kita menginginkan suatu tempat itu harmoni maka kita harus bersama-sama. Seluruh elemen masyarakat dalam membangun pariwisata harus menggali dan melestarikan nilai-nilai budaya kita, dan mengajak masyarakat dalam kearifan lokal." Kata Bapak Lalu Putria.
Selain itu diharapkan juga adanya promosi wisata yang komprehensif dan kerjasama dalam menyiapkan infrastruktur sirkuit dan non sirkuit serta SDM. Di sini perlu juga menciptakan pembalap bintang domestik, sehingga dapat menjadi magnet untuk menarik wisatawan.Â
"Kolaborasi untuk mengembangkan destinasi superioritas yang erat, berintegrasi. Dengan begitu Mandalika dapat menjadi destinasi yang berkelas." Terang Bapak Odo RM Manuhutu, selaku Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves.Â
Wonderful Indonesia yang kaya akan pesonanya, sedapatnya kita dukung dengan menggali potensi wisata yang ada dengan kearifan lokal. Perekonomian dapat meningkat karena dikenal luas berkat promosi yang mumpuni.Â
Tak lupa kontribusi wilayah sekitar, agar manfaat dapat diterima secara merata. Maka dari itu, kerjasama semua pihak baik pemerintah, swasta, dan tentunya juga masyarakat harus ikut terlibat, sehingga bukan tidak mungkin kita dapat mewujudkan DSP Mandalika yang berkelanjutan. Yuk, semangat mendukung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H