Semenjak zaman dahulu manusia tak akan pernah lepas dari yang namanya ujian. Ujian untuk naik kelas, karena manusia memiliki keunggulan sebagai Khalifah di bumi ini.
Maka tak pelak, ujian itu selalu datang menghampiri, mengikuti dan menaungi. Tak peduli dimana tempatnya, kapan waktunya dan kepada siapa. Hal itu dapat kita ketahui melalui firman Allah Subhanahu Wataala surat Al-'Anbiya' ayat 35 :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan".
Ujian pun bisa saja dari godaan syaitan. Untuk itulah, kita pun mendapat peringatan dari Allah Subhanahu Wataala, agar tidak mengikuti godaan tersebut. Hal itu disebut berulang kali di dalam al-Quran, salah satunya adalah dalam surat Al-Baqarah ayat 168:
"...dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".
Lalu bagaimana agar manusia terbebas dari ujian? Tak akan pernah bisa bebas. Karena sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna, manusia tidak dapat menghindarinya.
Kalau begitu, janganlah terlahir sebagai manusia. Lebih baik menjadi yang lain. Entah itu menjadi hewan atau tumbuhan. Dengan begitu, ujian tidak akan menghampiri.
Hal lain pun tidak akan mengubah keadaan bahwa ujian akan pergi. Menjadi hewan ataupun tumbuhan, ujian tetap saja datang. Contohnya, ketika manusia menginginkan hewan atau tumbuhan yang berkualitas tinggi, maka nasib yang berkualitas rendah akan tersingkirkan.
Kalau begitu tak perlu menjadi benda hidup.
Yakin ingin seperti itu?Â
Lantas bagaimana dong?
Cukup dengan menikmati dan sabar maka segala ujian di depan mata akan terselesaikan dan mudah dihadapi. Sebab sejatinya ujian itu untuk dilalui bukan dihindari, ini diungkap dalam surat Al-Baqarah ayat 155 :
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".
Tidak percaya? Benar nih, nggak percaya? Cobalah untuk melalui semua ujian itu lalu tuliskan kisah tersebut.
Ah, itu sama saja membuat pembaca harus melalui semua tahap kehidupan dan bagaimana pula cara menuliskannya ketika masuk alam kubur. Lah wong sudah disibukkan sama pertanyaan Munkar-Nakir, mana terpikir untuk menulis cerita ini.
Intermezo ini kurang tepat bila dibilang sebagai pembuka di awal tahun 2021, karena juga sudah memasuki bulan kedua tahun Masehi, hihi. Telat yak, haha. Maklum sudah lama banget ternyata tidak menjejakkan tulisan di sini. Sebab ada kegiatan di dunia nyata dan juga cenderung memberikan jejak pada Kisah di Blog Fenni Bungsu.
Semoga ini jadi pembuka yang baik dan pengobat kerinduan menulis di laman Kompasiana. Sekaligus juga, ini sebagai pengingat untuk kita sama-sama bersabar dengan ujian yang dihadapi, agar kuat menjalani kehidupan terlebih di masa pandemi ini. Yuk tetap optimis dan SemangatCiee, insya Allah selalu ada jalan kemudahan, aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H