Mohon tunggu...
Fenni Bungsu
Fenni Bungsu Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis

Penyuka warna biru yang senang menulis || Komiker Teraktif 2022 (Komunitas Film Kompasiana)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Akhirnya, Piala yang Lepas Itu Tidak Berhasil Direbut Indonesia

22 Mei 2016   16:28 Diperbarui: 22 Mei 2016   16:46 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiongkok, di tahun 2002, perhelatan bergengsi olahraga badminton yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali itu, memberikan jejak sejarah untuk Negara dengan Lambang Burung Garuda ini. Tepat di tanggal 19 Mei saat itu, gelar ke-13 atau lima kali berturut-turut semenjak tahun 1994, Indonesia berhasil membawa pulang Piala Thomas.

Saat itu pula, skor sangat ketat 3-2. Indonesia yang bertemu dengan Malaysia di partai final, berjuang keras mulai dari Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Halim Haryanto/Tri Kusharyanto hingga tunggal ketiga Indonesia, yaitu Hendrawan yang menjadi penentu kemenangan Tim Merah Putih.

Kini, sejarah terulang kembali yaitu tiga kesamaan dan empat perbedaan. Apa saja itu? Persamaan pada bulan, hari penyelenggaraan Piala Thomas dan negara tuan rumah. Perbedaan terletak pada kota perhelatan, tanggal, skor dan beda negara yang dihadapi. Ya, tim Thomas Indonesia berhadapan dengan Denmark dengan skor akhir 2-3.

Berikut perjalanan final piala Thomas 2016. Pasangan ganda Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menang dua gim langsung dari Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding dengan 21-18, 21-13. Begitu pula dengan pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi menang atas Anders Skaarup Rasmunssen / Kim Astrup dengan 21-16, 21-14.

Tommy Sugiarto yang menjadi tunggal pertama, harus menyerah dengan Viktor Axelsen dua gim langsung, 17-21, 18-21. Tunggal kedua Anthony S. Ginting pun kalah dari Jan O Jorgensen dengan 17-21, 12-21. Sedangkan Ihsan Maulana Mustofa yang berhadapan dengan Hans Kristian Vittinghus, menutup partai final dengan 15-21, 7-21.

Indonesia yang menunggu selama 14 tahun, memang perlu dilakukan peningkatan di segala aspek, serta siap dengan "Mental Juara" harus tetap ada. Meski tidak berhasil merebut piala kembali namun perjuangan hingga sampai final patut diapresiasi. Terima kasih para Pejuang Raket yang telah berlaga. Indonesia Bangga Padamu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun