Mohon tunggu...
Fenika Pratiwi
Fenika Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fenika pratiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Man Jadda wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Landasan Pendidikan Psikologis

11 November 2022   12:03 Diperbarui: 11 November 2022   12:06 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari buku Filsafat Pendidikan bahwa "Filsafat Tentang Pendidikan Karakter Setiap paradigma pendidikan tidak bisa lepas dari akar filosofisnya. Sebab pendidikan sebagai ilmu merupakan cabang dari filsafat dalam aplikasinya. Dalam filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran yang saling merekonstruksi masing-masing paradigma pendidikan" . tersebut.


Berangkat dari aliran-aliran filsafat tersebut kemudian membentuk paradigma yang berbeda-beda. Paradigma yang dimaksud di sini adalah sebagai salah satu perspektif filosofis dalam membaca persoalan mengenai pendidikan. Dalam filsafat kontemporer terdapat jenis aliran filsafat diantaranya aliran :
1. rogresivisme,
2  esensialisme,
3. perenialisme,
4. eksistensialisme,
5. dan rekonstruksialisme.


Aliran progresivisme memiliki ciri utama yaitu memberi kebebasan penuh terhadap manusia untuk menentukan hidupnya. Hal ini didasari kepercayaaan bahwa manusia memiliki kemampuan atau dengan kata lain potensi-potensi alamiah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah hidupnya (problem solving) yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia harus dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang penuh dengan rintangan.


Lingkungan dan pengalaman menjadi hal yang penting dalam aliran ini. Masalah atau problem yang dihadapi manusia biasanya berasal dari lingkungan dan dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya pada lingkungan dimana dia berada, manusia menjadi semakin mudah dan bijak dalam menyelesaikan problem hidup. Serta dengan makin seringnya manusia menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman yang didapat, maka makin matang persiapan seseorang dalam menghadapi tantangan atau tuntutan masa depan. 

Filsafat progresivisme merupakan aliran yang anti kemapanan sehingga bertentangan dengan esensialisme. Maksudnya, progresivisme berpandangan berpikir ke arah ke depan (adanya kemajuan), secara terus-menerus merekonstruksi pengetahuan-pengetahuan menuju sebuah kesempurnaan.


Dalam perspektif progresivisme, pendidikan bukanlah sekadar memberikan pengetahuan, lebih dari itu pendidikan melatih kemampuan berpikir (aspek kognitif). Manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding makhluk lain, yaitu dianugerahi akal dan kecerdasan. Sehingga dengan akal dan kecerdasan tersebut diharapkan manusia atau seseorang dapat mengetahui, memahami, dan mengembangkan potensi-potensi yang telah ada pada dirinya sejak dilahirkan. 

Aliran inilah yang menjadi dasar atau landasan terbentuknya pendidikan karakter. Pandangan yang mengatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah. Progresivisme yang juga menaruh kepercayaan terhadap kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya, serta lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi kepribadianya.

Beberapa hal yang terkandung dalam aliran progresivisme ini kemudian secara mendalam dipikirkan untuk kemudian memunculkan sebuah paradigma pendidikan yang sedang menjadi primadona paradigma pendidikan dewasa ini, yang tidak lain adalah pendidikan karakter.


Pengembangan pendidikan karakter sebagai satusatunya cara dari jalur pendidikan untuk menciptakan peserta didik yang bermoral, tentu saja dilandasi oleh beberapa nilai-nilai filosofis agar tujuan pendidikan karakter menjadi terarah. Berikut ini adalah dasar folosofi pendidikan karakter dalam pendidikan nasional Dasar filosofis yang dianut oleh pendidikan nasional yang berkarakter adalah berlandaskan falsafah pancasila.
Setiap karakter harus dijiwai oleh kelima sila secara utuh dan komprehensif. 

Penjelasannya sebagai berikut: Bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa Merupakan bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta berakhlak mulia sebagai karakteristik pribadi. Karakter yang pertama ini mencerminkan saling menghormati, bekerja sama, berkebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama, tidak memaksakan agama dan kepercayaan bagi orang lain serta tidak melecehkan agama seseorang.


Beradab Diwujudkan dalam perilaku saling menghormati sesama kewarganegaraan Indonesia, tidak memandang suku, etnis budaya, maupun warna kulit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun