Mohon tunggu...
fenia utami
fenia utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Pembelajar yang masih perlu belajar banyak.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketahui Sindrom Makan Malam dan Dampaknya bagi Kesehatan

29 November 2021   12:30 Diperbarui: 29 November 2021   12:45 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sindrom makan malam. Sumber : www.waldeneatingdisorders.com

Kebiasaan makan malam menjadi salah satu fenomena yang sering dijumpai pada masa kini. Makan malam yang dilakukan setelah bangun dari tidur agar dapat tidur kembali minimal dua kali dalam satu minggu, mengonsumsi makanan sebanyak 25% dari jumlah total kalori yang dibutuhkan oleh tubuh setelah makan malam, dan memburuknya perasaan saat sore hari perlu mendapat perhatian khusus karena gejala diatas termasuk kedalam Night Eating Syndrome (NES). 

NES dapat terjadi diberbagai kalangan usia tak terkecuali pada dewasa muda dengan rentang umur 18 - 30 tahun termasuk mahasiswa.

Jika NES dilakukan terus menerus akan menimbulkan dampak bagi kesehatan yang berujung akan menyebabkan penyakit yang fatal. NES dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan sehingga berat badan berlebih, obesitas, dan dislipidemia (gangguan kadar lemak dalam darah). 

Ketiga dampak tersebut termasuk ke dalam gejala sindrom metabolik yang mana sindrom ini akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (penyakit yang berhubungan dengan jantung) dan diabetes tipe 2. Kedua penyakit ini merupakan penyakit kronis yang termasuk dalam daftar penyebab kematian utama di dunia. Selain itu, dampak dari NES adalah adanya penurunan kualitas tidur yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah waktu tidur dan insomnia. 

Insomnia sendiri merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular sedangkan penurunan jumlah waktu tidur merupakan faktor risiko yang berperan dalam munculnya penyakit diabetes tipe 2. Dengan melihat dampak dari NES di atas, upaya pencegahan terhadap munculnya NES menjadi salah satu tindakan yang perlu dilakukan agar dampak di atas tidak terjadi.

NES disebabkan oleh banyak faktor seperti masalah kesehatan mental, persepsi tidak bisa tidur sebelum makan, riwayat penyakit lain, faktor keluarga (genetik dan pola makan yang sama dalam keluarga), rasa lapar berlebih sebagai respons diet, dan adanya delay irama sirkadian. Faktor keluarga yang menyebabkan NES sebagaimana telah disebutkan di atas adalah faktor genetik dan pola makan yang sama dalam keluarga. 

Pola makan yang sama dalam keluarga ini dimaksudkan ketika terdapat salah satu anggota keluarga yang mempunyai NES sehingga anggota keluarga yang lain meniru pola makan penderita NES. 

NES dapat muncul sebagai salah satu respons diet yang mana ketika sedang melakukan diet, orang tersebut mengurangi jumlah kalori yang ia makan dan ketika pengurangan jumlah kalori secara berlebihan akan memunculkan rasa lapar berlebih pada malam hari sehingga orang tersebut cenderung akan makan di malam hari.

Dalam beberapa literatur, orang yang memiliki NES memiliki riwayat penyakit lain seperti binge-eating disorder (makan dalam jumlah banyak dalam satu waktu) yang berhubungan erat dengan masalah kesehatan mental. 

Masalah kesehatan mental yang dapat menyebabkan terjadinya NES pada mahasiswa adalah depresi yang mana depresi sendiri muncul karena berbagai faktor diantaranya adalah kesepian yang berkepanjangan dan stress akibat masalah sehari - hari. 

Ketika seseorang mengalami depresi, orang tersebut berusaha untuk meredam emosi dan pikiran negatif dengan berbagai cara salah satunya dengan menggunakan makanan sebagai salah satu coping mechanism. 

Dalam hal ini, makanan menjadi salah satu "pelarian" ketika seseorang mengalami tanda - tanda depresi (stress ataupun perasaan kesepian)  sehingga pelarian ini dapat memicu emotional hunger. 

Emotional Hunger menurut James A. Shilitio, dkk dalam penelitiannya merupakan suatu istilah yang menggambarkan coping mechanism dari perasaan - perasaan negatif dengan menggunakan makanan sebagai strategi untuk membuat perasaan negatif tersebut berkurang dan kegiatan makan ini tidak disebabkan karena perasaan lapar sesungguhnya seperti pada keadaan seseorang benar - benar lapar. Emotional hunger menjadi faktor yang menyebabkan NES pada seseorang terus terjadi secara berulang.

Jika melihat dari dampak yang ditimbulkan seperti obesitas, berat badan berlebih, penurunan kualitas tidur yang memicu timbulnya insomnia yang kemudian apabila tidak ditangani dapat menyebabkan peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe -2, NES menjadi salah satu masalah yang perlu kerjasama berbagai elemen dalam mengurangi prevalensi dan mencegah terjadinya NES. 

referensi : satu, dua , tiga , empat, lima, enam,tujuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun