Mohon tunggu...
Fendy Sa is Nayogi
Fendy Sa is Nayogi Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis

Aktif menulis di status WA dan feed Instagram. Menyukai topik tentang sosial, lingkungan hidup dan pertanian. Memiliki hobi membaca, jalan kaki dan sekedar mendengarkan diskusi melalui YouTube. Cangkru'an juga saya jadikan media menguji pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Produksi Kentang Bisa Meningkat? Paclobutrazol adalah Senjatanya

29 November 2020   00:10 Diperbarui: 29 November 2020   00:15 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanaman kentang di Indonesia banyak di budidayakan, khususnya di daerah dataran tinggi pegunungan. Di Jawa Timur, tanaman kentang banyak di dibudidayakan di daerah Gunung Ijen Bondowoso, daerah Tengger Bromo, Malang dll. Penyerapan tanaman kentang masih bagus menurut hemat saya, terlihat ketika kita nongkrong di Cafe atau Resto, jenis camilan ketang merupakan menu yang banyak diminati. 

Biasanya, sajian kentang selain menjadi menu utama, kentang disajikan dengan cara digoreng dan dicocol dengan sambal pedas. Masalah utama yang kita bahas bukan pada hasil olahan atau peredaran rantai pasarnya, mungkin bisa kita bahas pada tulisan yang akan datang.

Sekarang, kita fokus pada masalah petani yaitu produksi. Sebelum kita masuk dengan membahas masalah, kita akan sedikit membahas tentang tanaman kentang yang menurut saya perlu teman-teman pembaca mengetahui. Seperti kita tau, kentang kita produksi untuk kita panen umbinya. Secara morfologi, tanaman kentang berbentuk semak/ perdu dan menyimpanan hasil fotosintesinya/ makanannya pada umbinya. 

hasil maksimal, kentang dapat tumbuh baik didataran tinggi dengan suhu rata-rata 18-20 Celcius. Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang gembur, untuk memudahkan umbi dapat berkembang dengan baik. Secara alami, tanaman kentang dapat mengatur supply hasil fotosintatnya pada setiap bagian tanaman baik daun; batang; cabang; tunas baru; dan bunga.

Secara fisiologi tanaman, hasil fotosintat tanaman dapat difokuskan disimpan dan di distribusikan kepada setiap tanaman. Tanaman kentang sendiri dibagi menjadi 4 fase: Fase Vegetatif; fase Inisiasi; fase Pembesaran dan fase pemasakan umbi. Pada fase vegetatif, tanaman diharapkan dapat tumbuh dengan banyak tunas baru dan anakan baru. Fase selanjutnya yaitu fase inisiai dan fase pembesaran merupakan penentuan berapa banyak/ berat umbi yang dapat dihasilkan. 

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Frengki sambeka dkk (2012), yang dilakukan di Kecamatan Modoinding, Minahasa selatan. Aplikasi Pacobutrazol mampu meningkatkan 45.04/ Plot (24 Tanaman)/ berkisar 52 ton/ha. Sedangkan hasil produksi rata-rata tanpa aplikasi paclobutrazol 16 ton/ha. Lalu, bagaimana bisa itu terjadi dan bagaiamana cara aplikasinya? Untuk masuk lebih jauh, kita akan mengenal apa itu paclobutrazol.

Paclobutrazol sendiri adalah sejenis zat penghambat pertumbuhan yang sering digunakan oleh petani mangga untuk meningkatkan produksi tanaman mangga pertahunnya. Paclobutrazol menyebabkan pengkerdilan serta meningkatkan kandungan klorofil daun sehingga aktifitas fotosintesis berjalan dengan baik. 

Harapanya, ketika kandungan klorofil berjalan denagan baik, maka hasil fotosintatnya dapat meningkatkan produksi tanaman kentang, seperti kita bahas di atas bahwa tanaman kentang menyimpan cadangan makannanya pada umbi. Pada intinya, aplikasi Paclobutrazol mampu menekan kegiatan vegetatif sehingga sistem tanaman menjadi fokus pada Generatif.

Agar tanaman kentang tidak terganggu pada masa vegetatifnya, maka aplikasi Paclobutrazol di aplikasikan antara fase Vegetatif dan Generatif. Tanaman kentang sendiri memiliki lama fase vegetatif sekitar 2 MST, dan mengalami fase Inisiasi dan pembesaran umbi pada fase 7-8 MST dengan begitu aplikasi paclobutrazol dapat dilakukan pada umur tanaman sekitar 6 MST. Lalu, berapa dosis yang diberikan? Menurut hasil penelitian Frengki sambeka dkk (2012), aplikasi paclobutrazol dapat diberikan dengan hasil maksimal dengan dosis 125 ppm atau 125 ml/ liter. Aplikasi dilakukan sebanyak 1 kali dan dapat dilakukan dengan cara disemprotkan atau di siram di permukaan tanah.

Hasil produksi tanaman kentang, dapat menghasilkan produksi yang tinggi dengan pertimbangan dengan melihat faktor-faktor agronominya: seperti jenis benih yang di tanaman, karakter tanah, pemupukan, kondisi tanah, dan penanganan hama penyakit tanaman, loh ya.

Selamat mencoba, dari saya Fendy Sa'is Nayogi, S.Tr,P. Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun