Asmuji dengan tangan kanan memegang tambang dan yang kiri dia menganggkat sedikit ujung dari sampannya. Saat itu hujan gemericik. Sampai-sampai Asmuji ngoyo mendorong sampannya supaya bias kea rah laut.
"mas kemana? Berangkat sekarang?"
"iya, No mau kapan ? besok? Yah telat lah, tenang aja besok kan sudah tanggalnya, jadi laut ndak bakal nyanggong.
"berangkat sendiri mas? Ndak nunggu mas yanto?, soalnya tadi aku ke rumahnya dia keluar, katanya ke pak udin", kata yoNo sambil mengusap wajah yang sudah mulai basah terkena hujan.
"ndak perlu, tadi pagi istriku ketemu istrinya katanya yanto sakit, jadi aku juga ndak maksa dia ikut aku, lagian ini juga sudah bulan keberapa yon, mungkin ikan-ikan sudah enggan keluar", sambil tersenyum menghadap laut yang tenang seakan siap untuk dikunjungi.
"Lah kalau sudah tau ikan enggan keluar , kenapa nekat berangkat mas ?",
"yah paling enggak aku bias ketemu nabi Kidir No, aku mau nitip pesen kalau nama istriku ini sama fotonya isriku ini bisa disimpen, biar tahu kalau Asmuji punya istri cantik , nyi ratu lewat!", candaan Asmuji ditutup dengan ia mendorong sampannya sambil berlari kencang ke laut dan ...
"Byuuur",
Perlahan sampan Asmuji ke tengah laut semakin hilang di langit yang mulai temaram.
Memang mas Asmuji itu laki-laki luar biasa. Mbak rina itu juga apik orangnya. Tapi kasihan juga kalau ceritanya gitu. Yah memang hidup, terlihat tidak apa- apa ternyata apa-apa. Saling sinawang.
"Yon, Yono!" gedoran pintu yang dilakukan yanto terkesan gupuh mengagetkan yoNo yang baru saja merapikan bajunya yang basah terkena hujan. Ia segera ke depan rumah dan membuka pintu