Mas muji, hari ini tanggal berapa? Kemarin malam aku diberitahu yanto kalau besok l tepat umur bulan ke dua puluh tujuh. Bagaimana mas?
Sambil memegang papan kayu untuk menutup bagian yang sedikit retak. Maklum, usia hampir seperempat abad sampan Asmuji selalu menemani dia ketika melaut di laut selatan. Sampan yang sengaja dibuat dari kayu trembesi ini memang luar biasa. Kala itu dibulan Ramadhan. Peristiwa yang cukup terkenal dikalangan nelayan.
Yah! Asmuji dan yanto memaksakan perahu mereka untuk tetap melaut disaat umur bulan tidak bisa dikompromi. Saat itu tepat umur bulan masih menginjak tujuh belas. Hari yang dikenal dengan laut nyanggong. Laut seakan mengawasi dan enggan disusupi. Seluruh benda asing termasuk manusia ia anggap musuh. Termasuk Asmuji. Berbekal sampan kecil yang terbuat dari mahoni bakar, nekat menuju ke tengah laut mencari spot ikan yang biasa Asmuji sambangi. Byoor..!
"Ada apa No?",saut Asmuji sambil megang palu yang terhenti setelah sempat melamun peristiwa saat itu bersama yanto.
"Yanto bilang mas, kalau sekarang bulan nya pas, buat ngelaut!",
"ini jala sudah apik juga mas , kemarin barusan saya jahit lagi, senarnya udah mulai putus"
Sambil memegang jala yang selebar tiga kali empat meter yang mulai digulung perlahan. Jala itu juga yang dulu digunakan oleh Asmuji menemani disaat peristiwa itu. Banyak orang yang menjuluki nyawa nya kayak kucing. Kalau orang biasa mungkin sudah mati.
"sini saya lihat, ealah apapun itu saya selalu tetap semangat No meskipun memang yang kamu lihat saat ini saya nyowo rangkep padahal endak juga," ucap muji seakan menjawab pertanyaan yang ada dikepala yoNo yang hampir selesai menggulung jala.
"oke mas , selesai, ini taruh mana?", Tanya yatNo kebingungan meletakkan jala milik Asmuji.
"taruh di ujung sampan No, dibawah kayu hitam, sudah kamu letakkan situ saja biar nanti yanto yang merapikan.
"loh mas, kok ada foto perempuan mas? Sopo iki mas?," senyum Yono lebar-lebar sambil nanting foto yang dibungkus plastik yang mulai menguning.