Mohon tunggu...
𝔽𝕖𝕟𝕕𝕣𝕒 ℝ𝕖𝕤𝕥𝕪𝕒𝕨𝕒𝕟
𝔽𝕖𝕟𝕕𝕣𝕒 ℝ𝕖𝕤𝕥𝕪𝕒𝕨𝕒𝕟 Mohon Tunggu... Guru - Ilmuwan

Suka nulis² yang ndak penting nyambi mulang siswa² yatim.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiblat Baru Umat Manusia

12 November 2020   11:09 Diperbarui: 12 November 2020   11:13 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Disisi lain tawaran menggirukan datang dari fitur-fitur yang ditawarkan. Mulai dari mempercantik diri. merias waja secara auto bahkan mengganti wajah menjadi wajah hewan atau avatar yang dianggap mewakilinya. 

Terkadang lucu melihat pengguna media sosial terkekeh sendiri, muka masam bahkan uring-uringan saat melihat gawainya. Gegara membuka media sosial banyak orang terpengaruh dengan informasi yang menyebabkan gagal pahamnya seseorang. 

Lebih dari sebatas gagal paham, orang lebih sibuk dengan gawainya masing-masing. Muka mentelengi gawai seakan ia khusyuk bahkan tuma'ninah disetiap gerakan mulai dari scroll keatas hingga kebawah. 

Terkadang lebih sering terjadi ketika seseorang ketika berbicara dengan lawan bicara pada sebuah pertemuan dan topik telah selesai maka yang dilakukan adalah bukan menyudahi kegiatan tapi membuka gawai meskipun tidak ada notifikasi.

Kiblat Baru

Pemilik akun media sosial memang lebih suka berkehendak sesuai keinginan yang tentu berkiblat ke media sosial. Usum nya membuat insetatori tentang kehidupan dengan pasangan maka banyak pula yang berondong-bondong mengunggah kegiatan atau aktivitas privat yang dibawa keranah publik. 

Gaya hidup sering juga dipamer-pamerkan di insetatori. Bagus memang kalau mengedukasi. Nah, kalau hanya sekadar mengungah foto ngopi dan gelas kopi yang bergenre lawas diunggah, maka apa nilai edukasi yang diterima? 

Ataukah hanya sekadar pengakuan sosial bahwa,"ini loh saya mampu membeli ini". Hal tersebut tentu tidak berimbang jika tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari terlebih si pemilik akun ndak doyan ngopi

Ironis memang. Kegiatan peribadahan pun juga tak luput dari aktivitas media sosial yang sebenarnya cukup rawan dengan riak. Ibadah, sepakat kita menyebutnya urusan kita dengan Tuhan. 

Namun hal itu tidak terjadi dijagat setatus media sosial yang selalu ramai dihari-hari tertentu. Edukasi masih dapat diambil yakni memberitahukan bahwa ini adalah ibadah yang sejatinya harus dilakukan oleh setiap pengikutnya tapi yakinkah ketika menyerukan kegiatan ibadah pada sebuah setatus media sosial kemudian timbul rasa kepuasan tersendiri ketika tahu bahwa yang melihat setatus dan yang nge-like cukup banyak tidak jauh dari rasa riak? Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. 

Idealnya dalam hidup adalah kesesuaian. Kesesuaian antara tutur dan perilaku. Sembodo antara yang diunggah dengan wujud nyatanya. Kenyataannya tidak. 

Masyarakat pengguna media sosial yang kerap tidak tau akan hal tersebut. Memandang nilai hanya pada unggahan yang disukai banyak orang terlebih dilihat banyak orang yang menghadirkan decak kagum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun