Awalnya saya sangat khawatir dan cemas kalau-kalau demo Ormas Islam hari ini 14 Oktober akan berbuah petaka. Tapi sejalan dengan informasi dari media online dan live stasiun TV, perlahan-lahan rasa khawatir dan cemas itu hilang ketika melihat Ormas Pendemo yang hanya itu-itu saja(FPI dan FUI) dan gerak cepat Polri yang responsif, mengindikasikan Jakarta siap diamankan dan akan berjalan kondusif.
Bukan apa-apa, berkaca dari Negara lain yang porak-poranda dan hidup didalam kekacauan, ada juga sebuah Negara yang tidak memiliki Tanah Air. Maukah kita hidup seperti mereka? NKRI itu bukan milik Islam saja, Negara Indonesia berdasar Pancasila bukan berdasar Agama. Cape-cape perjuangan KH. Hasyim Ashari (Ayahanda Gusdur Pendiri NU) menghindari usulan peletakkan dasar Negara pada persiapan kemerdekaan waktu itu, bukan berdasar Islam tetapi berdasar Pancasila. karena beliau sudah berpikir jauh puluhan tahun yang akan datang, akan menjadi apa Indonesia kalau Dasar Negaranya Islam. Pasti karena kepentingan politik dan golongan maka dengan mudah mengatas-namakan islam, semua lawan politik akan menjadi musuh dan bisa dibumi-hanguskan. Hal inilah kemudian beliau menggagas bahwasanya Indonesia adalah Negara salam(Negara yang damai) bukan Negara Islam. Bahkan beliau berkata” Cinta Tanah Air sebagian dari iman – Hubbul Wathon minal Iman”. Almarhun Gusdur-pun pernah berkata " semakin kita memahami agama dengan benar maka semakin kita menjadi seorang yang humanis".
Saya sangat terkesan dengan Organisasi Besar Islam NU pada hari ini, dengan begitu elegan turun tangan untuk mendinginkan suasana dan melarang aksi-aksi demo yang bisa saja berbuah anarkis. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta agar seluruh tokoh Islam jangan lagi membuat gaduh dan memprovokasi umat Islam dengan bahasa yang provokatif. "Kemarahan umat Islam sebagai hal yang wajar itu harus terkendali, harus reda dan tidak perlu berlebihan. Percayalah pada ucapan bijak Mustasyar PBNU, KH. Ahmad Mustofa Bisri bahwa agamamu tidak akan menjadi hina karena dihina, tetapi sikapmu (yang buruk) yang membuatmu menjadi hina," ucap Rais Syuriah PBNU, Ahmad Ishomuddin melalui keterangan pers, Jakarta, Jumat (14/10/2016).
Menghancurkan NKRI itu mudah tetapi menjaga dan mempertahankan NKRI itu perlu perjuangan yang besar.
Kembali kepada judul diatas bahwa Ahok akan kembali pimpin DKI Jakarta dan menang pada Pilkada DKI pada Februari 2017 nanti, adalah hanya penilaian saya pribadi karena saya melihat point - point ini;
1. Ahok(sangat) pemberani dan Percaya diri dalam menyelesaikan persoalan Jakarta. Apapun hambatannya pasti terlewatkan. Termasuk kisruh keseleo lidah perihal Surat Almaidah 51. Polri pasti akan berpikir jernih dalam menilai kasus ini agar tidak terseret maksud terselubung pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi ini.
2. Dalam Aksi kepemimpinannya sebagai gubernur, Ahok sangat visioner dalam berpikir dan bertindak untuk kepentingan yang lebih besar. Aksi konkritnya terhadap persoalan Jakarta, penyelesaiannya langsung kepada akar permasalahan dan tidak bertele-tele.
3. Ahok(sebenarnya) adalah pribadi yang tidak anti Islam, buktinya bisa membangun mesjid dan beberapa kali memberangkatkan Umroh puluhan Marbot penjaga masjid ke Tanah Suci Mekkah. Dan mereka para marbot berjanji akan mendoakan Ahok di Tanah Suci mekkah agar Ahok sukses menjalankan tugasnya sebagai Gubernur.
Pada point 1 sampai 3, dalam konteks kontestasi kali ini, semua paslon cagub-cawagub yang disodorkan memiliki potensi skill yang sama kuatnya dengan petahana Ahok, bahkan bisa lebih jika diberi kesempatan dan berproses. Karena semuanya orang muda dan cerdas.
4. Perihal dikotomi Mayoritas dan Minoritas yang seharusnya memimpin Jakarta, sosok Ahok saat ini tidak ada masalah jika kembali memimpin Jakarta, karena menurut Cak Nun siapa bilang Islam adalah Agama mayoritas di DKI Jakarta? Kalau secara kuantitas berdasar KTP...iya, tapi yang benar-benar Islam secara kualitas sangat sedikit. Berarti DKI minoritas bukan mayoritas. Tidak percaya? Silahkan survey sendiri atau tunggu hasilnya 2017. Hasil inilah sebagai bukti minoritasnya Islam di Jakarta. Sebenarnya Jika mereka yang menganggap dirinya Islam tidak perlu bermain dengan resiko masuk kedalam wilayah abu-abu. Ikuti saja apa kata Allah SWT dalam Surah Almaidah 51 itu dengan berprinsip sami'na wa Atho'na"Kami mendengar dan kami taat". karena pembangkangan itu bisa membuat hati tertutup dari Rahmat Allah.
5. Sesunggunya warga DKI harus introspeksi diri, jika kemenangan Ahok nantinya terjadi. Itu adalah bagian dari kewenangan Tuhan dalam memberikan amanah. Sekaligus memberi pelajaran bagi mereka yang mengaku Islam tetapi tidak mencerminkan ke-Islamannya.
Itu saja..salam kompasiana..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H