Mohon tunggu...
efendi
efendi Mohon Tunggu... Lainnya - felix

Bloggercrony. Single Parent. Kagama.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana, Lebih dan Kurangmu di Catatanku

12 April 2018   14:47 Diperbarui: 12 April 2018   15:01 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak semua yang dalam kepala itu bisa dituangkan dalam tulisan. Tak semua penjabarkan ide itu bisa ditulis dalam waktu yang singkat. 

Kompasiana selaku blog berbasis komunitas menjadikan tempat untuk menulis, wadah untuk memajangkan tulisan dan berkumpulnya penjabar ide tulisan. Kompasiana mampu menjadikan tulisan yang layak untuk diberitakan sejajar dengan berita dari redaksi.

Menulis itu tak serta merta sekali tulis langsung selesai. Menulis itu butuh mood yang kondusif. Selama menjadi kompiasaner, secara pribadi saya memiliki beberapa catatan terkait teknis yang menghilangkan mood ketika menulis di kompasana.

Pertama, login error. Login di kompasiana yang sudah terintegrasi dengan kompas.com itu memudahkan pengunjung, tinggal klik login sekali bisa digunakan untuk dua laman. Mungkin kedepannya bisa diikuti dengan laman dari media kompas lain. 

Namun sering kejadian ketika login laman jadi error tapi ketika refresh hompage laman sudah jadi bertuan (login). Mungkin ketika jam sibuk orang baca kompas.com atau banyaknya yang nulis kompasiana. Pernah juga kejadian, ketika buka kompas.com sudah masuk login tapi begitu masuk kompasiana minta login lagi tapi begitu login malah laman kompasiana eror. Jadi gak nulis.

Kedua, logout dengan sendirinya. Bagi saya, menyelesaikan tulisan itu membutuhkan waktu yang tak singkat. Ada suatu kejadian, sudah menulis panjang kali lebar menguras energi dan waktu tapi begitu akan ditayangkan malah error. Ketika ditelusuri dengan membuka kompas.com ternyata laman sudah logout dengan sendirinya.

Ketiga, draft tulisan tersimpan ganda. Ketika menyimpan tulisan dalam kategori draftkemudian di waktu lain mengedit dan lain waktunya menanyangkan tulisan tersebut. Draft tulisan jadi ganda dan tidak terhapus walaupun sudah diposting. 

Semakin banyak menyimpan, semakin banyak pula draft tulisan ganda dan ini membinggungkan. Awalnya tidak berani menghapus karena khawatir berpengaruh ke tulisan yang sudah diposting tapi ternyata draft-draft itu hanya sebatas sampah tulisan. 

Alangkah baiknya, sekali tekan simpan maka draft sebelumnya juga akan otomatis menyimpan tanpa menggandakan dan apabila sudah selesai ditulis maka akan otomatis menghilangkan draft tulisan yang diedit.

Keempat, lebih sulit mengedit tulisan di platfom mobile.  Display laman di versi mobilelebih kecil dari pada laman versi deskotp. Sehingga ketika mengedit tulisan di mobile, ruang edit jadi makin kecil karena terbingkai dengan laman kompasiana. 

Apalagi dalam tulisan sudah diberi foto, akan lebih susah mengedit karena tombol geser kadang beradu antar geser ruang tulisan dan ruang laman sehingga tidak leluasa ke atas dan kebawah. Sudah merotasi smartphone supaya ruangnya lebih lebar tapi terkadang malah menimbulkan masalah baru yakni kesulitan mencari tombol seperti simpan dan daskboard karakter.

Kelima, statistik tulisan jadi tidak kredibel. Menyenangkan ketika memposting tulisan kemudian dibaca dan dikomentari banyak orang. Dengan kata lain tulisan kita itu bisa menginspirasi banyak pembaca. 

Kompasiana mengakomoder keinginan penulis dengan menampilkan statistik jumlah pembaca, ratingdan komentar. Yang menjadi masalah adalah dalam waktu bersamaan nilai statistiknya bisa berbeda. 

Dengan platform berbeda atau dengan desktop berbeda bisa mendapatkan nilai statistik yang berbeda. ketika laman di-refresh, nilai statistik bisa bertambah tapi terkadang malah turun. Kalau jumlah rating dan komentar bisa jadi naik dan turun karena bisa dihapus pembaca, namun harusnya jumlah pembaca tidak akan turun.

Keenam, ada kalanya saya kebingungan memasukkan rublik dari tulisan yang dirasa pas. Kategori rubrik yang menurutku perlu ditambahkan seperti parenting, keluarga, pendidikan/edukasi, desain, inspirasi, kisah nyata, kejadian sekitar yang baru dialami, pengalaman selain wisata (kuliner dan travel) atau pun rubrik update lain yang bisa menyamakan persepsi tulisan.

Ketujuh, menekan jenjang tombol jadi pindah laman dan tulisan hilang. Pernah kejadian ketika menekan tombol yang berjenjang seperti rubrik dan kategori malah menghilangkan tulisan.

Kedelapan, wajah kompasiana beriaslah seperti media sosial lain. Media sosial seperti facebook atau instagam memiliki ciri umum yakni kemudahan dalam berinteraksi dengan sesama anggota. Sebaiknya kompasiana juga memudahkan bagi tiap anggota untuk berinteraksi seperti berbagi tulisan. 

Sejauh ini saya tidak tahu siapa saja yang saya ikuti dan siapa-saiapa yang mengikuti saya karena tidak adanya tombol membuka antar anggota di laman profil. Kita tahunya anggota lain itu hanya dari tulisan terbaru, terpopuler, pilihan yang serta merta dihadirkan editor bukan interaksi antar user.

Ditengah gempuran media sosial lain yang memuat konten mengandung SARA, provokatif dan mengandung ujaran kebencian, semoga kompasiana bisa menjembatani masyarakat untuk menuangkan ide, gagasan maupun menceritakan kejadian supaya masyarakat bisa lebih bijak dalam memandang suatu hal.  

Tulisan ini hanya sebagai catatan dari salah satu debutan pengembara waktu dari kompasianer supaya kompasiana menjadi lebih baik dan inspiratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun