Plunturan - Sabaruddin, dengan keterbatasan anggota tubuhnya, meski pelatihan karawitan rutin yang digelar Dukuh Cabeyan, Pluturan, Ponorogo, Selasa (09/11) dimulai. Tak seperti pemain lain yang berdiri dengan nikmat tuhan yang diberikan, Sabaruddin justru berdiri tegap dan tampil percaya diri dengan keterbatasan yang ia alami.
Ya, Sabaruddin adalah seorang pelaku kesenian penyandang disabilitas yang mengabdikan dirinya sebagai relawan kesenian dari usia muda hingga sekarang. Meski kondisi fisiknya tak sempurna, namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk meneruskan warisan budaya dan terus berusaha membuat inovasi-inovasi untuk melengkapi kebudayaan Dukuh Cabeyan, Desa Plunturan, Ponorogo.
Sejak usia muda, Sabaruddin bergabung dalam komunitas karawitan Mudo laras di Dukuh Cabean,Plunturan. Sampai beliau mampu menemukan inovasi terbaru dengan membuat alat musik bernama Bumbung Raras Suloyo. Bumbung artinya Bambu, sedangkan Raras Suloyo adalah istilah untuk meneruskan atau melengkapi.Â
Sabarrudin yang menderita disabilitas sejak kecil itu kerap terjun ke pementasan budaya untuk terus meneruskan kesenian yang ada di Dukuh Cabean, selain itu beliau juga sering menghadiri di beberapa acara yang diadakan untuk bertukar pikiran dengan penyandang disabilitas yang lain.
"Saya lakukan ini ya karena keinginan untuk berguna bagi orang lain, khususnya untuk kesenian di Dukuh Cabeyan ini. Hingga saya memutuskan untuk berinovasi membuat alat musik Bumbung Laras Suloyo saat itu," katanya.
Meski saat terjun dan memutuskan untuk membuat alat musik kesenian Bumbung Laras Suloyo, Sabaruddin sama sekali tidak merasa menghadapi kesulitan apapun, karena beliau belajar dan berusaha sedikit demi sedikit dari tahun ke tahun dan dengan bantuan dan dukungan mental teman-teman komunitas karawitan.
"Ya pasti ada kesulitan, tapi saya berusaha sebisa mungkin dan memang sudah mempunyai inisiatif berinovasi lebih lanjut. Misalnya untuk memotong bambu saat baru saja ditebang di ladang, lalu dipahat dan dihaluskan sampai menjadi bentuk alat musik yang di inginkan," jelasnya.
Sabaruddin mengaku sangat bahagia dan bangga selama mengabdikan diri dan menjadi pelaku seni di Dukuh Cabeyan, Plunturan untuk terus melestarikan budaya. Bahagia karena bias menyalurkan ide inovasinya dan didukung orang sekitar Dukuh Cabeyan, bangga karena meski kondisinya sepert itu, namun dirinya bisa tetap berguna untuk melestarikan kebudayaan dan mampu memberikan inovasi terbaru untuk tempat tinggalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H