Keterampilan ini mengajak siswa untuk merenungkan kembali pengalaman dan pengetahuan mereka dalam konteks sosial. Berpikir reflektif berarti mampu mengevaluasi tindakan atau pemikiran masa lalu untuk memahami dampaknya di masa kini dan masa depan. Dalam IPS, siswa diajak untuk merefleksikan berbagai kebijakan atau peristiwa sosial, serta mempertimbangkan alternatif tindakan yang lebih baik.
Muslich (2017) menyatakan bahwa refleksi penting dalam pembelajaran IPS karena mengajarkan siswa untuk memahami dampak dari berbagai keputusan sosial dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam membuat perubahan positif.
4. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial mencakup kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial. Dalam IPS, siswa didorong untuk bekerja dalam kelompok, berdiskusi, dan saling bertukar pendapat mengenai isu-isu sosial. Hal ini membantu siswa belajar bagaimana menghargai perbedaan pendapat, bekerja sama dalam tim, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Menurut Arifin (2012), keterampilan sosial penting dalam IPS karena siswa belajar bagaimana menjadi bagian dari masyarakat yang plural dan saling berinteraksi secara produktif dengan individu dari latar belakang yang berbeda.
5. Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pembelajaran IPS juga menekankan keterampilan pemecahan masalah. Siswa diajak untuk memahami isu-isu sosial yang kompleks, mencari informasi yang relevan, dan merumuskan solusi yang efektif. Dalam proses ini, siswa mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi untuk menemukan solusi yang berkelanjutan dan sesuai dengan konteks sosial.
Menurut Sapriya (2009), keterampilan pemecahan masalah dalam IPS adalah kemampuan untuk menghadapi tantangan sosial yang nyata dan menciptakan solusi yang inovatif dan praktis untuk mengatasi masalah tersebut.
6. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi juga menjadi salah satu keterampilan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS. Siswa didorong untuk mampu menyampaikan ide, gagasan, dan argumen secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan ini sangat penting saat mereka berdiskusi, membuat presentasi, atau menulis esai tentang isu-isu sosial yang dipelajari.
Muslich (2017) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi membantu siswa menyampaikan ide-ide sosial secara jelas dan persuasif, sehingga dapat berpartisipasi dalam dialog dan diskusi yang lebih luas dalam masyarakat.