Semua diam
" Mbak wes dalu yo, sampeyan kui duwe tonggo,butuh istirahat yoan " teriak bapak-bapak yang mungkin menendang pagar tadi. Kami pun berlari menuju kamar masing-masing karena ketakutan. Esok paginya, kami bahas lagi kejadian semalam sambil antre mandi di tundakan tangga. Lagi dan lagi, kami hanya tertawa.
Cik Lata mempunyai banyak kos, bisa disebut juga juragan kos. Tempat tinggalnya pun banyak. Tidak masalah sih sebetulnya, yang penting dia tidak tinggal di 390 B . 390 B menjadi kosan terburuk miliknya. Usia nya sudah puluhan tahun, hampir semua sudah rapuh dimakan rayap. Dulu, buk Nem pernah cerita bahwa kosan 390 B milik seorang tukang pijat terkenal di Semarang Timur. Karena meninggal dan tidak ada lagi yang menempati, rumah itu dibeli oleh Cik Lata dan dijadikannya kos-kosan putri. Kos nya memang tidak terlalu luas. Juga terlihat cukup tua dibanding kos lain disekitarnya. Tapi bagi saya, kos ini adalah tempat ternyaman, bahkan lebih nyaman dari rumah sendiri di kampung. 390B satu-satu nya kos di jalan itu yang tidak memiliki penjaga,istilah lainnya bebas. Seluruh penghuni mendapatkan jatah kunci pagar, pintu utama dan pintu kamar sendiri - sendiri. Andaikan harus keluar tanpa pulang, atau keluar malam pulang dini hari, tak satupun orang akan melarang. Jangan di sangka kami tidak punya batas kewajaran. Kesan pertama bagi orang yang belum tahu, pasti akan berspekulasi yang buruk - buruk terhadap penghuni 390 B. Tapi itu terserah mereka.
Di 390 B saya menemukan banyak pelajaran. Mereka,seluruh penghuni nya adalah keluarga.Kami selalu bermain, makan, tidur bahkan akan mandi bersama bila waktu kuliah sudah mepet. Kami menikmati segala hal diluaran sana tanpa ada yang membatasi, kami melakukan segalanya seperti rasanya masih terlalu kecil untuk wisuda di setahun kemudian. Ketika Indonesia sedang marak terjadi gempa, kami sering tidur di lantai bawah dengan alas tikar untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Bahkan ketika musim hujan tiba, listrik sering mati,petir begitu menggelegar mengharuskan kami tidur bersama di satu kamar lantai bawah. Jika kelurahan sebelah mengadakan lomba penghuni kos tersolid, pasti 390 B juaranya hehe.
Satu hari yang betul-betul tidak pernah kami harapkan. Tiba-tiba saja Cik Lata meminta kami semua untuk meninggalkan kos paling lambat pada akhir bulan. Kabarnya,kos akan di renovasi karena kerusakan nya semakin parah di musim penghujan.
" Ya saya tau, jelek jelek begini kos ini nyaman " katanya
" Kalo sudah tau nyaman kenapa harus di suruh pindah dadakan seperti ini Cik, apa tidak bisa diundur setahun lagi menunggu kami semua lulus " Kepala suku berbicara
" Gini ya, saya gak mau ambil resiko, lihat toh yang lantai atas sudah parah sekali. Banyak yang bocor, belum lagi asbes parkiran yang jebol semua "
Semua pun terdiam. Mau tidak mau kami harus pergi dari tempat ternyaman sedunia, saksi perjuangan dari awal hingga hampir berakhir. Diputuskan, kami akan mencari kos lebih dekat dari kampus masing - masing. Konferensi malam itu meninggalkan kesedihan yang nampak di raut wajah teman -teman saya. Selamat tinggal 390 B, selamat tinggal kenangan yang telah terpatri begitu rapi. Jangan lupakan kebersamaan kami teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H