Mohon tunggu...
Femi Yuniar Widiastuti
Femi Yuniar Widiastuti Mohon Tunggu... Apoteker - Be Do Have

Seorang peracik obat yang suka berimajinasi ditengah tumpukan laporan praktikum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia, di Perjalanan ke Dewata

23 Februari 2019   20:23 Diperbarui: 25 Februari 2019   11:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang yang terlalu panas. Entah mengapa, matahari pertengahan Juli ini seperti mendukung kepergianku. Tepat pukul 1 siang bus dari terminal membawaku pergi menuju tempat yang sebenarnya aku tak ingin lagi kembali kesana. Urusan duniawi lah yang memaksa, bahwasannya kehidupan terus berjalan, aku perlu makan, kebutuhan pribadiku pun banyak, ini dan itu. 

Kerja kerka kerja mungkin itulah sesungguhnya dunia. Membutuhkan sekitar 14 jam waktu yang di perlukan . Cukup lama dan sangat lama. Sama sekali aku tidak dapat menikmati perjalanan ini . "Apa yang sebenarnya aku cari ?" gumamku. 

Banyak pekerjaan di dekat rumah yang bisa kuambil jika kumau. Nyatanya itu semua tidak sesuai harapan dan hanya akan membuatku resign lagi dan lagi. Bus perlahan meninggalkan kotaku. Selamat tinggal, sampai bertemu lebaran tahun depan, iya jika bos memberiku jatah libur. 

Bus kembali berhenti setelah melalui dua kota. Diangkutnya kembali para penumpang yang sudah memiliki tiket. Seorang kakek tua yang akan duduk disebelahku meminta agar aku bergeser di dekat jendela dan meletakkan barang-barangku diatas. Akupun berdiri. Karena tas yang ku bawa cukup berat seseorang dari belakang tempatku duduk membantu meletakkannya. " Terimakasih " ucapku. 

Di tengah perjalanan , kesuntukan mulai merasuki jiwa membuatku menyandarkan kepala pada kaca jendela. " ah, aku lelahhh sekali ". Suara besar namun disuarakan dengan begitu halus menyapaku dari belakang " Hai....." katanya ,sontak membuatku kaget. Aku menengok ke belakang dan melemparkan sedikit senyum. " Mau kemana? " dia bertanya. " Bali " Jawabku. " Sama " Jawabnya. Setelah itu kami saling diam.

Pukul 5 lebih bus berhenti di tempat makan. Entahlah makan sore atau makan malam. Yang jelas aku sangat lapar. Karena tidak ada yang aku kenal,aku pergi mengambil makan sendiri lalu duduk di sebuah meja bundar dengan kursi berhadapan. Tak lama kemudian dia datang. Dia yang tadi membantuku meletakkan tas dan menyapaku ketika di bus.  " Boleh duduk sini ? " tanya nya. " iya silahkan ". Kami saling berbicara, sebentar terdiam. " Di Bali kerja  ? "dia bertanya. " iya, mas nya sendiri ? " . 

" Oh, saya kembali bertugas. Alhamdulillah dapat cuti lebaran kemarin".Rupanya dia seorang Tentara Nasional Indonesia. Pantas saja, perawakannya besar tinggi gagah, warna kulit tidak terlalu gelap, suaranya lantang namun halus ketika berbicara denganku. Eh mungkin tidak hanya denganku.

" Ya sudah, dijalani saja. Itu sudah menjadi pilihan mu. Ikuti kata hatimu, insha allah ada jalan yang baik" itu kata-katanya sembari kami meninggalkan meja makan dan kembali menuju Bus.

Hampir pukul setengah  6 sore, Bus tiba di pelabuhan dan menunggu antrean untuk masuk ke kapal. Semua penumpang diwajibkan turun dan meninggalkan Bus demi keselamatan mereka. Semua nya turun terkecuali aku yang tetap duduk sambil menguap lebar-lebar. Aku memutuskan tetap di dalam Bus.

"Ehm"

Dia yang tidak aku ketahui namanya itu, yang menemani aku makan, dia berpindah dari tempat nya duduk dan berada tepat disampingku. Sama sekali aku tidak ketahui maksudnya. Sempat terpikir mengapa dia tidak ikutan turun, kenapa berani-berani nya disini? Ah aku tak mau tau.

" Masih lama ya " ucapnya penuh basa-basi

" Banget lah " jawabku

" Kamu gak tidur? " tanya nya

" Gak berani, nanti kalo ada apa-apa gimana. Kan di dalem Bus"

" Gak berani kok masih di dalam Bus, kenapa gak turun? "

" Tadinya mau turun, tapi males. Ngantuk, hehe"

" Ya sudah tidur saja, nanti saya yang jaga " ucapnya

Tampak jelas dari kaca Bus, Matahari perlahan mulai tenggelam. Senja Sore itu nampak indah, sungguh. Akupun tertidur,cukup lelap dan sepertinya aku bersandar di bahu dia. Entah lah, rasa-rasa nya dia sendiri yang meletakkan kepalaku di bahu nya atau itu hanya perasaanku saja. Waktu itu aku sangat ngantuk, ketika aku menatapnya,dia hanya tersenyum sambil memainkan kedua ibu jarinya.

Pukul 11 malam aku terbangun karena merasa lapar. Tak kudapati dia disampingku. "Oh mungkin dia turun", batinku. Tiba-tiba dari depan dia datang, pakaiannya sudah ganti pakaian dinas. Aku ketahui sekilas dari sorot lampu geladak kapal.

" Darimana " tanyaku

" Lihat keadaan diluar sekalian ganti baju "

" Ohh " jawabku singkat karena tidak tau apa maksudnya dia berganti pakaian dinas.

Waktu itu keadaan agak gelap, aku melihatnya pergi dari tempat duduk tanpa mengatakan sesuatu padaku. Jujur,aku takut sekali waktu itu. Rasanya aku ingin pergi turun. Tapi tidak tau kearah mana yang akan aku tuju. Karena Bus berada di barisan cukup belakang. Aku menarik nafas panjang dan mencoba untuk kembali tidur.

"Ehm"

Dia datang lagi,menyenggol lenganku dan memberikan sesuatu padaku.

" Ini apa" tanyaku

" Saya tau pasti kamu lapar"

Dia membawakan aku satu kantong plastik yang berisi roti, air mineral dan susu. Aku tidak tau dia dapat darimana. Akupun juga tidak ingin atau memang tidak mau bertanya. Walaupun akhirnya aku berpikir di dalam kapal ada minimarket nya hehe. Maklum ini pengalaman pertamaku naik kapal, karena sebelum lebaran aku pulang melalui jalur udara.

" Mas nya gak makan? " tanyaku sambil menyodorkan roti yang sebenarnya dari tadi hanya aku mainkan karena malu untuk memakannya.

" Oh, saya sudah makan tadi di dalam waktu kamu tidur "

Pukul 02.00 WITA kapal sampai. "Selamat datang Bali",batinku.

" Tujuan mana? " dia bertanya ketika aku sibuk mencari ponsel untuk menghubungi teman yang akan menjemputku.

" Jalan Udayana" ucapku

" Ah kebetulan sekali, tempat dinas saya juga di sana. Jika mau saya akan antar kamu "

" Terimakasih sebelumnya mas, saya sudah banyak merepotkan "

Kemudian dengan sangat yakin aku ikut bersama dia yang sudah duluan dijemput oleh teman nya menggunakan mobil.

" Itu tempat saya bekerja " katanya

Dia menunjuk sebuah Kodam. Aku hanya tersenyum karena tidak tau mau membalas apa.

" Jika kamu olahraga di lapangan belakang sana tiap hari minggu pagi, pasti bertemu saya" katanya lagi

Setelah sampai di depan kos, mobil berhenti dan aku turun. Perasaan tidak enak kembali menyelimuti hati dan pikiran.

" Terimakasih sekali lagi. Hati-Hati ya" ucapku

Dia tersenyum dan melambaikan tangan.

Sampai dua bulan aku rutin berolahraga di lapangan yang dia maksud, karena kebetulan sangat dekat dengan kos. Aku tidak bertemu dengannya sama sekali. Bukan maksudku ingin mencarinya. 

Walau bagaimanapun Dia yang sudah banyak membantuku di perjalanan ke Dewata, menemaniku bicara dan makan. Membelikan makanan untukku bahkan mengantarkan aku pulang sampai ke kos dini hari. Dia yang tidak aku ketahui namanya dan bodohnya aku kenapa tidak sempat menanyakan namanya. Sampai saat ini aku masih berharap kita bisa berjumpa lagi, mengucapkan terimakasih sekali lagi. Atau setidaknya bisa berbincang-bincang kembali.

-FemyYW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun