Mohon tunggu...
FelSis
FelSis Mohon Tunggu... Freelancer - Felicia Siswanto

Felicia Siswanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hapuskan Rasisme untuk Indonesia Bersatu

16 Mei 2019   20:30 Diperbarui: 16 Mei 2019   20:36 5378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia diciptakan dengan keunikan dan keindahannya masing-masing. Dari perbedaan tersebut manusia diharapkan dapat saling membantu dan saling melengkapi. Namun, dalam perbedaan tersebut seringkali timbul sikap-sikap saling merendahkan, tidak menghormati, dan tidak menghargai satu sama lain atas dasar perbedaan, salah satunya perbedaan ras atau rasisme.

Rumusan Masalah

  • Apa itu rasisme?
  • Apa saja dampak rasisme dalam kehidupan sehari-hari?
  • Bagaimana cara mencegah rasisme?

Tujuan Penelitian

  • Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rasisme.
  • Untuk mengetahui berbagai dampak rasisme dalam kehidupan sehari-hari.
  • Untuk mengetahui serta menjelaskan cara mencegah rasisme.

BAB II

PEMBAHASAN

Ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Berdasarkan data dari sensus BPS pada tahun 2010, terdapat lebih dari 300 kelompok ras etnis suku bangsa di Indonesia, atau sekitar 1300 suku bangsa yang tersebar di seluruh provinsi. Dari berbagai macam kelompok ras dan suku bangsa tersebut, terdapat banyak perbedaan antara kelompok yang satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan ini seharusnya dapat mendorong kita untuk saling melengkapi, membantu dan menolong orang lain dengan keunikan dan keistimewaan yang kita miliki, dan melalui interaksi seperti ini dapat terjalin rasa persatuan dan kesatuan, sikap saling menghormati, serta sikap menghargai perbedaan-perbedaan yang kita dan orang lain miliki, bukan menganggapnya sebagai kekurangan ataupun kesalahan, melainkan sebagai alat pemersatu bangsa, sebagai salah satu kekayaan yang dimiliki negara Indonesia.

Dalam menjalin relasi dengan sesama, terkadang pula muncul rasa benci, sikap merendahkan orang lain yang hanya berdasar pada perbedaan suku dan ras, atau yang sering disebut rasisme. Menurut Oliver C. Cox, rasisme merupakan peristiwa, situasi yang menilai berbagai tindakan, dan nilai dalam suatu kelompok berdasar perspektif kulturalnya yang memandang semua nilai sosial masyarakat lain diluar diri mereka itu salah dan tidak dapat diterima. Paham rasisme tersebut dapat mengakibatkan perpecahan, kerusuhan, dan bahkan tindak kekerasan dalam masyarakat.

Di Indonesia masih banyak terjadi kasus diskriminasi ras, agama, dan golongan, salah satunya adalah pernyataan Hendropriyono Soal Habib Rizieq-WNI Keturunan Arab. Dikutip dari https://news.detik.com, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono mengingatkan Habib Rizieq Syihab dan WNI keturunan Arab agar tidak menjadi provokator. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyesalkan pernyataan Hendropriyono.

"Saya kira dia harus minta maaf kepada bangsa Indonesia bahwa dia dalam usia seperti itu masih melakukan perbuatan yang sangat tidak layak," kata Fahri di PN Jaksel, Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2019).

Fahri mengaku sedih karena di usia Hendropriyono yang senior masih berbicara mengenai rasis. Ia menyebut hal itu tidak boleh dilakukan karena ada undang-undang yang mengatur terkait SARA.

"Saya sedih, karena orang tua, senior seperti beliau tidak seharusnya dia membuat pernyataan yang bernuansa rasialisme. Itu sebenarnya ada deliknya itu. Undang-Undang Antidiskriminasi ras dan etnis," kata Fahri. "Dia tidak boleh melakukan itu. Saya menyayangkan itu. Dia tidak boleh melakukan itu. Kita sudah memproduksi pasal-pasal dalam konstitusi, dan undang-undang khusus supaya tidak ada diskriminasi SARA itu. Kok tiba-tiba beliau yang mengungkapkan itu. Itu tidak baik," sambungnya.

Sebelumnya, eks Kepala BIN AM Hendropriyono mengingatkan sejumlah WNI keturunan Arab agar tidak menjadi provokator. Hendropriyono tak mau seruan makar itu meluas. Hendropriyono memandang banyak warga keturunan Arab yang sangat dihormati di masyarakat. Karena itu, dia merasa perlu memperingatkan sebagian warga keturunan Arab untuk tidak memprovokasi revolusi sampai turun ke jalan.

            Peristiwa tersebut merupakan salah satu bukti banyaknya diskriminasi di Indonesia. Masih banyak yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan ras dan agama, suku dan golongan. Hal tersebut tentu bertentangan dengan semboyan negara kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya "Berbeda-beda tetapi tetap satu".  Menurut pendapat saya, sikap-sikap diskriminatif seperti ini harus dihilangkan supaya dapat terjalin kehidupan yang rukun dan terjaganya persatuan bangsa. Memang kita diperbolehkan dengan bebas menyatakan pendapat (UUD 19945 pasal 28E ayat (3)), namun pendapat-pedapat yang kita utarakan tentu jangan mengandung hal-hal berbau SARA, melainkan harus dapat menunjukkan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum di Indonesia juga menolak diskriminasi ras dan etnis di Indonesia (UURI Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis).

            Rasisme menimbulkan dampak yang beragam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam jurnal Mental Health Impacts of Racial Discrimination in Australian Culturally and Linguistically Diverse Communities: A Cross Sectional Survey, tidakan rasisme yang dialami oleh imigran atau penduduk minoritas di Australia menyebabkan penurunan tingkat kesehatan mental korban. Selain itu, jurnal Effects Over Time of Self-reported Direct and Vicarious Racial Discrimination on Depressive Symptoms and Loneliness Among Australian School Students menyebutkan bahwa diskriminasi rasial langsung memiliki efek terus-menerus terhadap gejala depresi dan kesepian di kalangan siswa sekolah dari waktu ke waktu.

Untuk menghindari berbagai dampak rasisme tersebut kita harus mencegah terjadinya diskriminasi-diskriminasi ras yang ada di sekitar kita. Kita dapat mengenalkan sikap antirasisme sejak dini. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya rasisme adalah :

  • Menyadari bahwa kita dilahirkan sebagai manusia yang setara dan sama.
  • Mencoba berteman dengan orang-orang dengan ras, suku, agama yang berbeda untuk menumbuhkan rasa toleransi.
  • Melawan orang yang bersikap rasis pada anda maupun pada orang lain.
  • Menggunakan pilihan kata yang halus, bijak, dan tidak menyinggung ras dalam bercakap-cakap, meskipun hanya bercanda.
  • Menjadi lebih terbuka dengan mempelajari dan memahami ras orang lain.

REFLEKSI

            Melalui sudut pandang 4C, kasus yang telah disebutkan sebelumnya tidak sesuai dengan nilai compassion, dimana seharusnya kita saling menghormati dan menghargai sesama kita, tanpa memedulikan perbedaan-perbedaan suku, ras, maupun agama. Sikap membeda-bedakan dan mendiskriminasi suatu kelompok menunjukkan bahwa pribadi tersebut kurang memiliki rasa toleransi. Rasa toleransi yang merupakan bagian dari nilai compassion merupakan komponen penting dalam kehidupan bersama, dimana kita menemui berbagai pribadi dengan keunikan dan ciri khasnya masing-masing. Tanpa rasa toleransi dan saling menghargai, Indonesia mungkin sudah terpecah-pecah sejak dahulu.

            Selain itu rasisme juga tidak sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Seharusnya perbedaan-perbedaan yang kita miliki berperan sebagai alat pemersatu, bukan pemecah. Rasisme tidak sesuai dengan Pancasila sila kedua dan ketiga. Dengan rasisme tidak terwujud suatu kemanusiaan yang adil karena rasisme merendahkan martabat suatu kelompok dan meninggikan kelompok sendiri. Rasisme juga membeda-bedakan kelompok-kelompok dan dengan sikap membedakan tersebut tidak akan terwujud persatuan Indonesia.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

            Rasisme merupakan kejadian yang nyata dan banyak terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Banyak ujaran-ujaran berbau rasisme yang mengakibatkan pertengkaran dan perpecahan. Rasisme sendiri juga memakan korban, mengakibatkan penurunan kesehatan mental dan kesepian. Oleh sebab itu kita harus menanamkan sikap toleransi dan antirasisme sejak dini. Kita harus memiliki sikap terbuka, mau menghormati orang lain tanpa memandang suku maupun ras seseorang. Dengan menghindari paham rasisme kita dapat mewujudkan Indonesia yang sungguh berBhineka Tunggal Ika, menerima perbedaan dan menggunakannya sebagai sarana memperkuat persatuan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun