(Sumber:Â ngalamkipa, 2020)
Kabupaten Malang merupakan sebuah kabupaten terluas yang menduduki peringkat kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Dengan letak geografis yang berada pada dataran tinggi dekat dengan tinggi berupa pegunungan sehingga memiliki udara sangat sejuk. Memiliki 33 kecamatan dengan berbagai macam kearifan lokal yang sangat berbeda, salah satunya seperti Kecamatan Dampit yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang.
Kecamatan Dampit merupakan kota yang terletak pada sisi selatan dari Kota Malang. Daerah ini terkenal dengan salah satu komoditasnya berupa kopi dengan jenis robusta, yang sudah ada sejak zaman Belanda datang ke Indonesia tepatnya di Kabupaten Malang khususnya Kecamatan Dampit yang di klaim sebagai penghasil kopi unggulan di Jawa Timur. Tidak hanya itu, ternyata daerah tersebut juga mempunyai hamparan sawah yang sangat luas dengan memiliki panorama langsung ke Gunung Semeru yang nantinnya masyarakat Dampit akan memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai penunjang perekonomiannya melalui pergeseran fungsi sawah.
Dari Desa Kepatihan, Ubalan, Dawuhan, Pamotan serta Jambangan, kita dapat melihat hamparan sawah yang sangat luas dengan menampilkan keindahan yang sangat luar biasa. Ketika padi sedang tumbuh subur dengan warna hijau, hamparan sawah akan terlihat rapi nan indah yang dapat memanjakan mata kita. Sebagai daerah yang kehidupanannya masih kental dengan pedesaan, menyebabkan kehidupan masyrakat masih relatif sederhana. Kesederhanaan tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat yang masih mempertahankan kebiasaan nenek moyang. Kebiasaan tersebut misalnya tradisi methik pari yang dilakukan saat padi telah tua dan menguning. Tradisi tersebut memiliki tujuan sebangai ucapan rasa syukur dan memanjatkan doa kepada Tuhan. Doa tersebut berupa ungkapan syukur atas anugerah kekayaan alam dan kelancaran dalam bercocok tanam serta sebagai penghormatan terhadap Dewi Sri yang merupakan dewi keseburan. Sebelum melaksanakan tradisi methik pari disiapkan beberepa sesaji seperti kemenyan, kembang setaman (sejumlah bunga yang dibungkus daun pisang, bunga tersebut meliputi kenanga, kantil, melati, mawar merah dan putih), kaca, sisir, pisang raja, pisau, jajan pasar, jenang dari beras dengan warna putih dan kuning, ingkung, nasi tumpeng. Setelah semuanya siap, sesaji dan hidangan di bawah ke tengah sawah dengan berarak-arakan untuk melakukan kenduri. Setelah itu dilakukan pemotongan padi yang siap dipanen, padi tersebut disimpan dan sebagian untuk dijadikan benih pada masa tanam yang akan datang. Setelah selesai methik pari, aneka sesaji yang terdiri dari berbagai macam makanan tradhisional dibagikan kepada warga yang datang untuk dimakan secara bersama-sama.
(Sumber: yoiki_malang, 2022)
(Sumber: titiknolngopi_2023)
Sawah yang sangat luas di wilayah Dampit dijadikan sebagai penompang perekonomian warga khususnya para anak muda, yang menjadikan sawah tersebut sebagai tempat untuk ngopi di sore hari dengan menikmati pemandanga Gunung Semeru dan melihat keindahan senja dari lambaian daun padi selain itu hamparan sawah yang sangat luas dengan pemandangan yang sangat indah juga dijadikan sebagi spot foto oleh anak muda. Tidak hanya kopi saja yang dijual pada pinggir sawah tetapi ada makanan seperti ketan bubuk serta ada yang membuka sebuah angkringan dengan menjual makanan seperti tempura dengan bumbu bakar, sosis bakar, nasi bakar serta berbagai jeroan ayam yang dibumbui dengan bumbu bakaran.Â
Dengan adanya pergeseran fungsi sawah tersebut yang awalnya hanya ditanami padi untuk kebutuhan pokok tetapi sekarang anak muda memanfaatkan pinggir sawah sebagai tempat menikmati senja yang viewnya sangat asri dan indah karena adanya perpaduan hamparan sawah serta Gunung Semeru. Tradisi methik pari dan pergeseran fungsi sawah dapat menjadi sebuah kearifan lokal Kecamatan Dampit karena dapat meningkatkan tali silahturahmi dengan baik dalam lingkungan sosial  serta dapat meningkatkan perekonomian dan menghasilkan hal positif untuk anak muda.