Mohon tunggu...
Cerpen

Impian yang Sirna

9 November 2016   19:28 Diperbarui: 9 November 2016   19:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lari nak, jangan pedulikan ibu… Cepat lari! Tentara Jepang akan menangkapmu nanti,” ucap Dewi dengan suara parau. Dedi sangat takut dan ia berlari sekuat tenaga.

Dewi tak kuasa lagi menahan tubuhnya. Ia terkulai lemas di tanah. Tenggorokan nya terasa tercekik. Dewi pun tak kuat untuk mengambil napas. Cairan hangat berwarna merah pekat mengalir dari pelipisnya dan jatuh ke pipinya. Seperti tinta hitam pekat yang mengalir dimatanya, seluruh penglihatan nya menjadi gelap. Badan nya tak lagi merasakan perih dan panas pada belakang tubuhnya. Mata Dewi mulai terpejam dan tak lama, Dewi menghembuskan napas terakhirnya, jantungnya tidak lagi berdetak, tubuhnya menjadi kaku dan dingin seperti es, serta otaknya berhenti bekerja. Yang Dewi rasakan hanyalah ketenangan, kesunyian dan keheningan. Dewi pun merasakan kedamaian yang tak pernah ia alami sebelumnya. belum sempat ia gapai mimpi terakhirnya, belum sempat ia meraih kemerdekaan bangsanya, tak ada lagi harapan baginya untuk meraihnya. Impian itu hilang diterpa angin, melambai-lambai di udara, dan hilang dari pandangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun