Mohon tunggu...
Felix Yohanes Andaria
Felix Yohanes Andaria Mohon Tunggu... Guru - Pendeta dan Guru Pendidikan Agama Kristen

Integrity, Respect, Discipline

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Remaja Kristen

26 April 2019   15:07 Diperbarui: 26 April 2019   15:20 2375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Tulisan dalam artikel Kompasiana ini, berawal dari keprihatinan penulis terhadap maraknya, kejadian-kejadian yang sangat mencoreng dunia pendidikan di tanah air. Mulai dari kasus perkelahian antar pelajar, kasus perkelahian guru dengan muridnya, kasus perundungan sesama teman di sekolah, bahkan kasus pelecehan seksual dari oknum guru kepada murid perempuannya, sungguh sangat miris kedengarannya. Namun apa mau dikata, "nasi sudah menjadi bubur" semua sudah terlanjur terjadi, tidak dapat diulang kembali.

Melalui kejadian-kejadian tersebut, timbul sejumlah pertanyaan diantaranya : siapa yang bertanggung jawab dengan masalah itu, di mana etika moral mereka, sampai dapat melakukan hal seperti itu, apakah sudah separah itukah dunia pendidikan di Indonesia, kalau mau diperbaiki, starting point-nya darimana.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mungkin dijawab secara langsung dan singkat, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan itu perlu kita renungkan bersama, sebagai generasi penerus bangsa yang kata orang disebut generasi milenial, generasi internet, generasi digital, generasi jaman now, atau apalah namanya itu. Yang terutama adalah apakah, kejadian-kejadian seperti yang disebutkan tadi akan terus-menerus terjadi, ataukah harus dihentikan, kalau dihentikan, bagaimana caranya?

Berikut ini, penulis akan berbagi kepada pembaca sekalian, hal-hal yang menurut penulis akan berguna untuk menolong para pendidik supaya ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan kepada para remaja, agar ke depannya tidak mengalami kejadian-kejadian tersebut, baik sebagai korban maupun pelaku. Selanjutnya akan dibahas tentang landasan Alkitabiah untuk pendidikan karakter.

Landasan Alkitabiah

Dalam gagasan pendidikan karakter ini, penulis menggunakan landasan Alkitabiah dari Matius 22 : 37-39, yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter dimulai dari bagaimana caranya mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita. Pada nas Alkitab ini terkandung makna yakni, "mengasihi" merupakan suatu perintah yang berasal dari Allah yang wajib dipatuhi semua umat manusia, serta tugas kita sebagai pengikutNya (khususnya para pendidik) adalah terus menerus mengajarkan dan mengingatkan kepada setiap orang (khususnya dalam hal ini kepada remaja) untuk terus mempraktikan bagaimana caranya "mengasihi" itu. Atas dasar tersebut, kita sebagai pendidik mempunyai tugas yang utama yakni, mengajarkan caranya mengasihi kepada para remaja Kristen.

Landasan Alkitab yang lainnya adalah Amsal 22 : 6. Pada nas ini, dijelaskan bahwa, sebagai orang yang lebih tua, mempunyai peranan sangat penting dalam pembentukan karakter orang muda (khususnya remaja). Terdapat beberapa kata kunci yang diperhatikan untuk melaksanakan pendidikan karakter Alkitabiah.

  • Mendidik, melatih, mengajar. train up, training, teach, dedicate (Inggris) chanakh (Ibrani). Melalui pengajaran yang benar dan sesuai firman Allah, orang tua wajib mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anaknya. Hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan asal jadi, tetapi proses didikan ini harus dilakukan se-dini dan se-sering mungkin agar membentuk sifat dan karakter anak (orang muda). Selain itu didikan tersebut juga memperhatikan kecocokan terhadap perilaku dan rentang usia anak.
  • Jalan, sikap, cara, gaya, way, road, distance, journey, manner (Inggris), derek (Ibrani). Apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya, haruslah menggunakan cara-cara yang sesuai dengan yang difirmankan oleh Allah. Selain itu cara atau gaya mendidik juga perlu diperhatikan, yaitu dengan lemah lembut, dengan penuh kasih dan sukacita, tidak terpaksa dalam mendidiknya. Hal lain yang perlu juga dibedakan dalam mendidik yaitu berdasar pada usianya, 1-12 tahun (anak), 13-20 tahun (remaja), 21-25 tahun (pemuda) dan di atas 25 tahun (dewasa awal).
  • Tidak menyimpang, tidak mengesampingkan, tidak berbelok, tetap, not to turn aside, not depart, remain, not go back (Inggris), Losur (Ibrani).  Pengajaran-pengajaran yang diberikan dari orang tua kepada anak, menurut terjemahan kata (lo-sur) ingin menjelaskan, supaya jangan sampai lupa, menyimpang bahkan salah di dalam proses penerapannya. Hal-hal yang sudah diajarkan, hendaknya terus berdiam dalam hati dan pikiran anak muda, sampai kapanpun dan usia berapapun. Jika, ajaran itu tidak lagi menetap atau telah melenceng jauh dari ajaran sebelumnya yang disebabkan oleh pengaruh dunia ini, sudah seharusnya sebagai orang tua secara sportif mengakui kesalahan dalam mendidik anaknya.

Dari uraian landasan Alkitabiah tersebut, dapat penulis simpulkan beberapa nilai teologis yaitu :

  • Orang tua harus mengabdikan diri mereka untuk memberi didikan disiplin rohani kepada anak-anak. Didikan itu bertujuan untuk mengabdikan anak-anak kepada Allah dan kehendakNya. Hal ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia dan dengan mengajar mereka untuk berperilaku saleh (sesuai dengan firman Allah)
  • Prinsipnya adalah bahwa jika seorang anak dididik dengan benar, tidak akan menyimpang dari jalan saleh yang telah diajarkan orang tuanya. Namun hal tersebut bukanlah jaminan. Ketika hidup di tengah masyarakat jahat dimana banyak umat Allah sendiri melenceng dari jalan Tuhan, maka bisa saja mereka yang telah dididik itu terpengaruh untuk berbuat dosa dan menyerah kepada pencobaan
  • Oleh karena itu, teks ini menjelaskan bahwa didikan terhadap orang muda, harus terus menerus (berkesinambungan) dilakukan, disuarakan, diingatkan, sampai kepada masa tuanya. Dengan begitu, harapannya adalah agar terus berjalan di dalam Tuhan, serta dapat bertahan dalam situasi dan kondisi yang buruk sekalipun

Bagian berikutnya, penulis mendeskripsikan bagaimana caranya mengimplementasikan pendidikan karakter tersebut secara sederhana.

Pendidikan Karakter Bagi Remaja Kristen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun