Mohon tunggu...
khenzo felixx
khenzo felixx Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya hobi bermain sepak bola dan bermain game

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Yang Tak Pernah Menjauh

19 November 2024   08:16 Diperbarui: 19 November 2024   08:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang terletak di pinggir hutan, tinggal seorang gadis bernama Sari. Ia sering berjalan sendirian di tepi sungai yang mengalir jernih, menikmati angin yang berhembus lembut di antara pepohonan. Meskipun desa itu damai, hatinya selalu terasa kosong. Kepergian ibunya yang meninggal beberapa tahun lalu menyisakan rasa sunyi yang mendalam.

Suatu sore, saat Sari sedang duduk di bawah pohon besar, ia melihat seorang pemuda asing datang ke desa. Pemuda itu tampak bingung, matanya mencari-cari sesuatu. Tanpa berpikir panjang, Sari menghampirinya.

"Anda mencari siapa?" tanya Sari.

Pemuda itu tersenyum lemah. "Saya baru pertama kali datang ke desa ini. Saya ingin mencari seseorang yang mungkin tahu tentang ayah saya."

Sari merasa ada sesuatu yang aneh dengan kata-kata pemuda itu, tetapi ia tetap menawarkan bantuan. "Mungkin saya bisa membantu. Siapa nama ayah Anda?"

Pemuda itu ragu sejenak. "Namanya Damar. Dia dulu pernah tinggal di sini, tapi sudah lama tidak ada kabarnya."

Sari terkejut. Damar adalah nama yang tidak asing baginya. Damar adalah nama ayahnya, yang meninggalkan keluarga ketika ia masih kecil. Namun, apa hubungan pemuda ini dengan ayahnya?

"Ayah saya juga bernama Damar," kata Sari perlahan.

Pemuda itu menatapnya dengan mata penuh tanda tanya. "Apakah... apakah Anda tahu di mana dia berada?"

Sari terdiam. Dalam pikirannya, berputar berbagai pertanyaan. Mengapa ayahnya yang lama hilang bisa memiliki anak lain? Dan mengapa pemuda itu mencarinya?

"Jika Anda ingin tahu lebih banyak, ikuti saya," kata Sari akhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun