232 halaman, 20 cm
      Cetakan ketiga, 2009
Saat pertama kali membaca novel ini, saya mengira akan membaca cerita anak-anak seperti cerita disney pada umumnya. Tentu saja saya salah. Neil Gaiman menulis cerita anak dengan cara yang berbeda. Unsur horror yang dibalut fantasi menjadi aspek utama dalam cerita ini. Aspek tersebut adalah yang membuat saya menikmati cerita ini.
Saya mudah memahami novel ini karena diksi mudah yang digunakan oleh Neil Gaiman. Saya rasa juga pembaca-pembaca lain tidak akan kesulitan memahami cerita ini. Konsep dunia paralel dalam cerita membuat cerita ini cukup berbeda dari cerita horor lainnya.
Meskipun memiliki alur yang menarik, buku yang sebenarnya ditulis untuk anak-anak ini mungkin tidak bisa menjangkau sasaran pembacanya dengan mudah. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh unsur horor di buku ini yang tidak bisa diterima secara baik oleh semua anak-anak.
Perbandingan
Kedua novel tersebut memiliki unsur horor dengan balutan yang berbeda. Masing-masing novel memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri tergantung dari mata pembacanya.
Jika membaca kedua novel, pembaca akan diajak merasakan kenikmatan tersendiri yang berbeda di antara kedua novel tersebut. Hal itu disebabkan oleh kedua penulis yaitu Stephen King dan Neil Gaiman yang membawakan cerita horor  dengan cara mereka masing-masing. Kedua cerita horor buatan mereka menyentuh pembaca dengan caranya masing-masing.
The Shining menyasar pada pembaca yang lebih dewasa sementara Coraline menyasar pada pembaca yang lebih muda. Hal tersebutlah yang menyebabkan diksi pada Coraline lebih mudah diterima daripada diksi yang dipakai The Shining.
Pembangunan alur yang lambat pada The Shining membuat pembaca harus bersabar dalam menikmatinya dibandingkan dengan saat menikmati Coraline. Cerita The Shining juga dibalut dengan cara yang lebih rumit dibanding Coraline.
Kedua konsep cerita horor milik Stephen King dan Neil Gaiman bagaikan minyak dan air yang tidak mungkin disatukan. Hal itu lah yang membuat kedua cerita tersebut menarik dalam keunikan seni nya. Satu hal yang pasti : kedua novel ini layak untuk menyentuh pecinta horor.