Mohon tunggu...
Felix Limanta
Felix Limanta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Peminat ilmu komputer, IPTEK, perfilman, dan karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Animasi Bukan Sekadar Hiburan untuk Anak-anak

14 April 2018   17:41 Diperbarui: 15 April 2018   19:08 4364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu gak terlalu tua buat nonton film kartun?"

Semua orang yang telah menginjak masa remaja atau lebih tua pasti pernah ditanya pertanyaan seperti ini. Biasanya, orang dewasa, seperti orangtua atau guru, tetaapi kadang juga teman sekelas, rekan kerja, atau kenalan lain yang berusia tua dapat bertanya seperti ini.

Pertanyaan tadi rasanya memiliki nada meremehkan dan menghakimi. Untuk berbagai alasan, sebagian orang tidak tahu apa yang menarik dari animasi, lalu memutuskan untuk menghakimi dan merendahkan orang lain yang menyukainya.

Pola pikir ini, meskipun tidak secara eksplisit seperti pada pertanyaan di atas, sangat mudah ditemui pada penonton casual: orang yang pengalamannya dengan media animasi terbatas pada kartun setiap Minggu pagi dan film animasi Hollywood. Lebih parah lagi, pola pikir ini juga tidak jarang ditemukan pada kritikus film, yang seharusnya tahu lebih baik. 

Animasi diacuhkan sebagai kekanak-kanakan, meskipun terdapat animasi yang berhak dihargai sama dengan film live-action dengan kualitas yang mirip.

Meskipun, anggapan orang lain, animasi tidak hanya untuk anak-anak; animasi dapat dinikmati orang dewasa sebanyak animasi dapat dinikmati anak-anak karena animasi bukan hanya sebuah genre, melainkan sebuah medium yang memungkinkan derajat kebebasan yang tak terbatas untuk mengekspresikan kebebasan bercerita.

Mengapa Animasi Dianggap Semata-mata Hiburan Anak-anak

Anggapan umum bahwa animasi adalah media untuk hiburan anak-anak merupakan asosiasi yang berasal lebih dari kebetulan dibandingkan sebuah alasan logis.

Hingga akhir 1800an, seni sekuensial dua dimensi tidak sepenuhnya dianggap untuk anak-anak. Komik konvensional paling awal adalah sindiran politik untuk orang dewasa. Sampai sekarang, surat kabar di seluruh dunia mencetak ilustrasi kartun yang mengandung komentar sosial atau politik.

Muncul pada akhir abad ke-19, film sinematik digunakan sebagai media hiburan karena kemampuannya menangkap gambar bergerak dari kehidupan nyata dan orang nyata. Namun, hampir secara kebetulan, sebagian besar film animasi awal-awal ditujukan untuk anak-anak.

Film animasi cenderung lebih sederhana dibandingkan film live-action, yang membuatnya lebih menarik bagi anak-anak, yang kemudian mendorong pembuat film animasi untuk membuatnya untuk anak-anak, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun