Mohon tunggu...
Felix Kusmanto
Felix Kusmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Organizational Psychologist. Sekedar belajar dan berbagi. www.felixkusmanto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Aspirasi Pak Sugiarto, Aspirasi Budaya Kalimantan Barat (Hari 4)

31 Januari 2016   13:55 Diperbarui: 6 Februari 2016   01:14 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pak Sugianto di Museum Kalimantan Barat - Dok Felix Kusmanto"][/caption]

Setelah menjelajah tapal batas Indonesia - Malaysia di Entikong pada hari ke tiga Datsun Risers Expedition Etape 3, besok paginya menjelang siang sebelum waktu solat jumaat, saya dan rombongan dari Datsun, Kompas.com. Kompasiana dan para kompasianer pergi ke Museum Kalimantan Barat yang terletak di Jalan Jend Ahmad Yani.

Dari dalam mobil kami dapat melihat museum yang sudah berdiri sejak tahun 1974 itu. Kami masuk perlahan sesuai arahan dan parkir di depan gedung museum yang serupa dengan rumah pangung ini. Kanan kiri tembok bagian depan gedung ini dipenuhi pahatan cerita dan simbol-simbol khas Kalimantan Barat. Dari tempat kami parkir, saya juga bisa melihat taman belakang museum yang dipenuhi dengan miniatur-miniatur rumah dan replika rumah adat yang ada di Kalimantan Barat ini. "Ada replika rumah Kraton Kadriyah bewarna kuning" seru Debby. "Oh ya!" Jawab saya. Memang di museum ini tersimpan replika rumah kraton Kadriya di dalam display kaca. Sangat mirip dengan apa yang dilihat di hari pertama, hanya saja dengan skala yang jauh lebih kecil.

[caption caption="Sesampainya di Museum Kalimantan Barat , Dok Felix Kusmanto"]

[/caption]Kehadiran kami ternyata sudah ditunggu langsung oleh "tuan rumah". Adalah Kepala Museum, Pak Sugianto dan Kepala seksi bimbingan edukasi-hubungan kelembagaan, Ibu Agustiah yang menyambut kami. Kami dipersilahkan masuk dan dikumpulkan di depan pintu masuk ruang pameran museum. Kami dikelilingi oleh replika-replika rumah raja-raja kala itu. Penyambutan itu sangat singkat dan terkesan to-the-point. Namun dalam kesempatan itu saya bisa merasakan kehangatan dan rasa bangga pihak museum akan kehadiran kami. Ibu Agustiah yang merupakan orang dayak mempersilahkan kami memulai tur kami. Beliau berpesan kepada kami sambil memandu kami menuju pintu ruangan pameran "Jangan lupa sebarkan hal positif dan potensi yang ada di Kalimantan Barat ini". Kami mengangguk sambil berjalan.

Yang mengejutkan bagi saya pribadi adalah, kesedian Pak Sugianto sendiri untuk menemani kami berkeliling dan menjadi pemimpin dari tur museum yang memiliki 1000 koleksi ini.

[caption caption="Pak Sugianto sangat antusias, Dok Felix Kusmanto"]

[/caption]Selama tur ini, Pak Sugiarto sangat antusias menjelaskan apa yang ada di balik setiap kaca display. Koleksi museum ini sangat sangat bervariasi dari awal kehidupan manusia di Kalimantan Barat, kerajaan hingga diorama-diorama kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat. Tidak jarang Pak Sugiarto dihujani pertanyaan oleh para peserta. Namun Pak Sugiarto menjawab pertanyaan satu persatu hingga semua merasa puas dengan. Bravo!

Saat di depan display patung-patung asli dayak, saya bertanya singkat kepada pak Sugianto "Pak, dengan kebudayaan yang mirip-mirip dengan yang ada di serawak, malaysia, apakah ada kerja sama antara museum di serawak?". Menurut pak Sugianto, museum Kalimantan Barat ternyata sering melakukan kerja sama bersama, termasuk pameran bersama dan tukaran koleksi dengan museum asal Malaysia yang sudah berdiri sejak 1891. "ya ada, sering. Maklum karena adanya banyak kesamaan budaya dan manusianya. Ada penelitian etnografi, pameran dan pertukaran koleksi" jawab pak Sugianto. 

Menurut saya, untuk ukuran museum provinsi, Museum Kalimantan Barat ini sangat baik. Koleksinya terjaga dengan baik, bersih dan rapih. Padahal biaya masuk museum hanya Rp. 1000. Pak Sugianto hanya tersenyum saat saya tanyakan rahasia dalam mengelola museum ini. Menurutnya museum yang terkena dampak dari kabut asap baru-baru ini hanya berusaha semampunya dalam melestarikan kekayaan budaya dan manusia Kalimantan Barat. "Ya kita usahakan sebaik-baiknya, dan kebetulan museum ini menang juara 5 dalam kategori museum terbaik Indonesia" terang pak Sugiarto.

[caption caption="Masjid Raya Mujahidin, Dok Felix Kusmanto"]

[/caption]Menuju akhir dari perjalanan tur di museum yang dikunjungi kurang lebih 70 ribu orang pada tahun 2015, kami disuguhkan banyak barang-barang keramik zaman dulu yang masih bertahan dan ditemukan di kalimantan barat. Ini semua menjadi bukti bahwa kalimantan barat pernah menjadi tempat transit yang spesial di hati para saudagar asal tiongkok yang pernah datang atas perintah Kublai Khan langsung. 

Akhir tur, kami diminta mengisi buku tamu dan mengisi kesan dan pesan untuk pengembangan pelayanan museum. Dengan bangga saya hanya dapat menuliskan "Sangat baik dan didukung tim yang sangat semangat dan solid".

Kami berpamitan dengan Pak Sugianto dan ibu Agustiah. Pak Sugianto bersiap-siap untuk menunaikan solat Jumaat. Sebelum berkumpul saya berlari menuju pak Sugianto yang sudah bersih-bersih. "Pak, singkat, jika boleh dibandingkan, apa beda museum di Pontianak ini dengan yang di Kuching itu. Toh yang dipamerkan mirip-mirip" tanya saya. Pak Sugianto dengan serius menjawab "Tertinggal jauh, dari Malaysia. Kita hanya terbaik no 5 dengan skala nasional. yang di kuching, bisa dibilang sudah dengan standard Dunia". Saya hanya bisa menatapnya dengan serius juga. "Jangan lupa, malaysia itu bisa dibilang pariwisatanya paling maju di ASEAN" tambahnya. Saya hanya bertanya "apa harapannya pak dari pemerintah?". Singkat pak Sugianto menjawab "Semoga pemerintah lebih memperhatikan usaha pelestarian budaya yang ada di Kalimantan Barat dengan lebih serius. Budaya ini dan budaya yang ada di Indonesia harus terus dilestarikan"

Saya kemudian berpamitan dan bergegas untuk berfoto didepan museum bersama yang lain. Kami kemudian menuju Masjid Raya Mujahidin, masjid yang saya sangat ingin kunjungi di saat sore hari saat matahari terbenam. 

Salam

Felix Kusmanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun