Bu Sutami sosok yang sangat menarik menurut saya, ibu yang bekerja dibawah dinas pariwisata dan budaya ini sudah mengabdi sejak lama. Sudah begitu orangnya sangat inisiatif dan semangat. Beliau dengan sangat jelas dan tanggap menjelaskan semua tentang tugu ini. Bravo bu!
Kerennya, masuk tugu ini gratis! Cuman perlu isi buku tamu. Sayangnya tugu ini kurang dipromosikan, bayangin klo ini punya negara itu tuh, uda meledak ini tempat jadi tempat turis utama. Tapi mungkin itu juga peran expedisi ini, mengekspos situasi yang ada di kalimantan barat.
Dari tugu ini, kami makan di Dealer Nissan-Datsun kota Pontianak. Luar biasa mirip kayak di jakarta. uda terstandard sepertinya. Hebat memang si jepang dan Nissan Way-nya. Saat bertanya ke tim sales dealer ini, katanya mobil datsun sangat popular di Pontianak. Saya tanya berapa unit bisa jual dalam satu bulan "5 ada?". Mereka kemudian tertawa. Saya tanya lagi "10? 20?". Mereka tersenyum dan menjawab "30 unit per bulan bisa sejauh ini". Wow. Lumayan juga.
Kami "diasup" hingga kenyang. Terima kasih.
Desa Beting dan daerah awal Kota Pontianak
[caption caption="Desa Benting - dok pribadi Felix Kusmanto"]
 Masjid Sultan Syarif Abdurrahman cukup besar, Arsitekturnya beda dengan kebanyakan masjid. Dalamnya lapang dan semilir, maklum depannya tepat sungai Kapuas yang besar. Anak-anak bermain diluar dan banyak yang berenang bebas di depan masjid. Mereka menjadi daya Tarik sendiri, begitu juga kami. Menjadi daya Tarik sendiri bagi mereka. Kami minta foto, mereka minta difoto. Apa lagi si kecil Adit yang bolak balik naik turun sungai. Mantap Dit!Â
[caption caption="Latihan untuk pengajian - dok pribadi Felix Kusmanto"]
Saya sempat berbicara dengan Meza, adik perempuan yang mana peserta latihan yang paling kecil. Umurnya baru 9 tahun. Menurutnya latihannya sudah cukup lama. "Tidak susah juga".Â
Dari tepi sungai kapuas ini kami menuju pecinan kota Pontianak yang terletak di jalan Gajah Mada. Tidak jauh dari pecinan, ada gereja katholik St. Yoshep yang bisa dbilang sangat besar bagi ukuran gereja. Di Pecinan kami diberikan tantangan untuk menghabiskan uang sebesar Rp. 55.500. Aneh jumlahnya. Kami blusukan ke toko-toko sekitar sana. Saya dan tim berhasil mendapatkan 3 item, Pasak Bumi biar stroonng, minyak pijit dari akar-akaran biar gak pegel dan gantungan kunci dayak biar beruntung.
Dari sana kami kembali ke hotel kami dekat bandara. Hotel Gardenia. Hotel bintang 4 yang unik. Semua struktur hotel ini ditopang. Semacam panggung. seperti rumah-rumah di desa beting tadi. Sebelum kami sampai hotel, kami sempat lewat salah satu masjid besar. Sangat anggun, terlebih saat matahari terbenam. Sayang buru-buru, jika tidak mampir juga.
Sekian hari pertama, nanti kita lanjut lagi. Ingat tak kenal, maka tak sayang.