Mana bisa seekor ayam mampu bertelur dan menatap masa depannya kalau tidak diberi vitamin dan gizi yang baik?Â
Lihat! Ayam yang tadi bertelur dipaksa masuk dalam kandang. Tak ada gizi. Tak ada oksigen. Tak ada vitamin. Tak ada orangtua. Hanya tukang bangunan yang menemani.Â
Ayamnya mati mengenas. Salah siapa?Â
Di luar hujan deras. Bunyinya keras. Kencang sekali sampai atap kandang ayam bocor. Ayam pun mati. Katanya keracunan.Â
"Vitamin yang dinamai regulasi pendidikan yang dibuat tukang bangunan tidak sesuai kebutuhan dan tumbuh kembang ayam. Hanya dipaksa. Akhirnya terkena polio".
Penyakit polio menyebar ke negeri itu. Secepat kilat. Dokter-dokter dipaksa meramu obat. Tak mempan. Polio terus tumbuh. Menyebar dengan cepat. Semuanya mati.Â
Ayah-ibu menggelar pertemuan di kebun. Membahas penyakit polio yang sudah meresahkan. Disepakati bongkar tabungan untuk mengobati.Â
Situasi darurat. Hewan-hewan buas keluar dari persembunyiannya. Pura-pura empati. Dalam hati ingin membunuh ayam-ayam dalam kandang supaya bisa menikmati hasil panen ayah-ibu di kebun.Â
Tak ada yang selamat. Dokter pun tidak. Ambulance terlambat datang. Kandang ayam memakan banyak korban. Semuanya mubazir.*
Lentera, 22 Januari 2025.