Mohon tunggu...
Felixianus Ali
Felixianus Ali Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, Peneliti, Penerjemah, Konsultan Media, Wartawan

Percakapan dua orang di tengah jalan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tiga Puluh Tiga Orang

22 Desember 2024   01:35 Diperbarui: 22 Desember 2024   01:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[Puisi] TIGA PULUH TIGA ORANG

Tiga puluh tiga orang menyusuri kegelapan malam yang tergenang air. Suara jangkrik terdengar syahdu. Suara anjing terus menggonggong di pelupuk mata. Telinga tak bisa berkata. Rintik hujan menumbuhkan jejak kaki di atas lumpur dosa yang dilalui. 

Lintasan itu semakin curam. Dilalui tiga puluh tiga orang di malam itu. Dalamnya hutan seperlempar batu orang dewasa tuk mengingatkan semesta. 

Semesta menyetujui tiga puluh tiga orang itu berkanjang dalam balutan kegelapan yang semakin pekat. Sebagian mengusik dedaunan yang masih belum sembuh setelah didiagnosa dokter. 

Dokter mengajak tiga puluh tiga orang mengitari kegelapan malam. Kebisuan terjadi sepanjang malam melewati tangan-tangan yang menjamah dedaunan sebagai petunjuk menemani tiga puluh tiga orang yang ingin kembali memeluk luka sebelum semesta benar-benar mengakhiri. *

*Lentera, 22 Desember 2024.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun