Tiga puluh tiga orang menyusuri kegelapan malam yang tergenang air. Suara jangkrik terdengar syahdu. Suara anjing terus menggonggong di pelupuk mata. Telinga tak bisa berkata. Rintik hujan menumbuhkan jejak kaki di atas lumpur dosa yang dilalui.Â
Lintasan itu semakin curam. Dilalui tiga puluh tiga orang di malam itu. Dalamnya hutan seperlempar batu orang dewasa tuk mengingatkan semesta.Â
Semesta menyetujui tiga puluh tiga orang itu berkanjang dalam balutan kegelapan yang semakin pekat. Sebagian mengusik dedaunan yang masih belum sembuh setelah didiagnosa dokter.Â
Dokter mengajak tiga puluh tiga orang mengitari kegelapan malam. Kebisuan terjadi sepanjang malam melewati tangan-tangan yang menjamah dedaunan sebagai petunjuk menemani tiga puluh tiga orang yang ingin kembali memeluk luka sebelum semesta benar-benar mengakhiri. *
*Lentera, 22 Desember 2024.*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI