Mohon tunggu...
felix hedyantorulie
felix hedyantorulie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penulis adalah bekas staff accounting di Kantor Akuntan Publik serta memiliki gelar S2 dari Universitas Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Kisah Ditulis Miris Tanpa Ampun

23 April 2021   11:07 Diperbarui: 23 April 2021   11:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Miris tanpa ampun (Grimdark) adalah gaya penulisan fiksi dengan nada, gaya, maupun setelan khususnya Dystopia (komunitas atau kalangan masyarakat fiktif yang tidak diinginkan atau menakutkan) , tidak bermoral, atau penuh dengan kekerasan. Istilah ini bermula dari slogan permainan meja Warhammer 40.000 yaitu “In the grim darkness of the far future there is only war”. Di dalam kisah permainan ini Imperium of Man yang tidak mengenal Tuhan berkehendak untuk menguasai galaksi bimasakti di bawah kendali seorang kaisar . Kaisar itu memiliki 20 orang anak laki-laki hasil rekayasa genetis. Atas prakarsa para dewa anak-anak ini dibuang ke 20 planet.  Anak-anak ini tumbuh dan berkembang di 20 planet yang berbeda dan kaisar berupaya mencari ke 20 anak ini untuk kemudian memimpin pasukannya dengan tujuan untuk menguasai galaksi. 

Anak-anak ini masing-masing memiliki karunia hidup abadi serta memiliki bakat yang unik. Perturabo misalnya ia lahir dengan pengetahuan yang lengkap serta memahami segala sesuatu yang terjadi, contoh lain Sanguinius laki-laki yang memiliki sayap malaikat serta mahir bertarung. Anak yang ditemukan total berjumlah 20 anak laki-laki. 2 anak dibunuh dan dilenyapkan dari sejarah karena berani menentang kaisar. Anak kesayangan kaisar yang bernama Horus Lupercal diberi gelar Warmaster atas jasanya di dalam Ullanor Crusade. Anak ini belakangan hari memutuskan berkhianat atas hasutan saudaranya yang bernama Lorgar Aurellian dengan cara menunjukkan visi bahwa kaisar itu belakangan dinobatkan sebagai dewa yang sewenang-wenang dan menyengsarakan rakyat. Horus Lupercal berpikir bahwa dengan menurunkan kaisar ini dari tahta ia akan menyelamatkan banyak orang . Dengan bantuan 9 legiun milik saudaranya Horus berperang dengan kaisar di dalam pertarungan yang sengit hingga menghancurkan beberapa planet dalam prosesnya. Horus akhirnya gugur di tangan kaisar namun tidak sebelum ia membuat kaisar menjadi cacat seumur hidup. Kaisar kemudian ditempatkan di tahta yang terbuat dari emas dengan alat bantu hidup. Sisa-sisa pemberontak kabur ke dalam dimensi lain dan bersumpah akan membalas dendam atas kematian Horus. Hal ini berujung pada perang yang tidak memiliki akhir serta hancurnya cita-cita sang kaisar.

Gaya penulisan miris tanpa ampun banyak dijumpai pada novel maupun film seri popular seperti Game of Thrones karya JRR Martin, komik Batman , film seri Breaking Bad, serta franchise Walking Dead. Gaya penulisan miris tanpa ampun timbul sebagai tanggapan atas karya fiksi klasik yang memiliki akhir yang bahagia. Di dalam gaya ini kisah biasanya tidak berakhir dengan bahagia. Tokoh utama di dalam kisah fiksi biasanya memiliki motivasi mulia atas perbuatan yang dilakukannya sedangkan di dalam kisah miris tanpa ampun tokoh utama mendasarkan perilakunya berdasarkan kepentingannya sendiri baik untuk tindakan mulia maupun terkutuk yang mereka lakukan.

JRR Martin di dalam membuat novel yang berjudul Game of Thrones menerapkan prinsip Grimdark untuk dapat mendapatkan karakter yang memiliki motivasi realistis. Orang biasanya bertindak apabila tindakan itu menguntungkan mereka, bukan atas dasar pertimbangan moral. Karakter utama serta pendukung dapat dibunuh di dalam prinsip ini karena setiap tindakan melahirkan konsekuensi baik positif maupun negatif. Tindakan mulia yang mereka lakukan dapat berujung maut apabila karakter bertindak ceroboh. Grimdark tidak mengijinkan adanya pengecualian atas konsekuensi tindakan dari para tokoh. Hal ini berbeda apabila dibandingkan dengan kisah fiksi populer dimana banyak kebetulan yang terjadi untuk menyelamatkan karakter atas tindakan mereka yang ceroboh.

Penulis biasanya menerapkan prinsip Grimdark pada saat mereka ingin menciptakan setelan yang lebih realistis. Karakter biasanya memiliki motivasi yang masuk akal seperti misalnya ingin mendapatkan keuntungan, ingin berkuasa, ingin mempersunting putri yang cantik dan seterusnya. Karakter tidak memiliki motivasi mulia yang kekanak-kanakan seperti ingin membantu setiap orang, ingin

Prinsip grimdark memiliki beberapa pondasi antara lain tidak adanya pahlawan, tidak ada solusi yang jelas dari permasalahan, atau karakter utama dengan moral yang ambigu. Pondasi ini memastikan bahwa dunia fiksi yang diciptakan lebih realistis apabila dibandingkan dengan fiksi klasik dimana tokoh utama memiliki solusi yang jelas di dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Tidak ada solusi permanen untuk fiksi grimdark

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun