Mohon tunggu...
Felix GBNugraha
Felix GBNugraha Mohon Tunggu... Insinyur - Pekerja Swasta

Segala tentang alam semesta, kehidupan, Tuhan dan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alam Semesta Bermula dari Sebuah Kesadaran

22 Agustus 2023   17:19 Diperbarui: 24 Agustus 2023   10:57 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://en.wikipedia.org/wiki/Geocentric_model#/media/File:Bartolomeu_Velho_1568.jpg

Matahari terbit dari barat dan terbenam ke timur di setiap harinya, kemudian malam datang dan gelap menghampiri, sampai pagi datang lagi dan menyambut jiwa kita untuk kembali beraktivitas menjemput rejeki. Matahari tidak memerlukan bunyi alarm untuk terbit di cakrawalanya, dan bumi tidak memerlukan dinamo untuk tetap berputar pada porosnya. Semua menjalankan tugasnya dengan konsisten dan bekerja sesuai porsi masing-masing seakan ada sentuhan mekanis yang menetapkan segala sesuatu untuk melengkapi satu sama lain. Tidak mungkin rasanya untuk mengatakan bahwa semua berjalan dengan keadaan setimbang jika tidak ada suatu kesadaran yang menetapkannya. Semua yang ada di alam semesta memang bekerja secara mandiri, akan tetapi semua berada dalam suatu bentuk kepatuhan terhadap ketentuannya masing-masing.

Alam semesta terjadi dalam sebuah ledakan besar, dimana konon ada sebuah energi awal yang memecah belahkan materi semula, hingga pendarannya terpencar dan membentuk suatu kondisi yang bernama ruang dan waktu. Energi ini lambat laun dikenal bahwa ia kekal, abadi. Hingga di suatu masa hukum kekekalan energi digulirkan, yang berbunyi “Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, namun energi dapat berubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya”. Energi awal lalu bertransformasi menjadi sebuah sistem alam semesta yang begitu kompleks & gemerlap oleh cahaya bintang, dan dipenuhi dengan benda langit yang berada dalam ritme yang penuh keteraturan dalam zona peredarannya. Contohnya, mari kita lihat matahari. Energi di dalam matahari terbentuk melalui reaksi nuklir yang mengubah atom hidrogen menjadi helium, menghasilkan energi dalam bentuk cahaya dan panas. Energi ini kemudian menjalani perjalanan panjang dari inti matahari menuju permukaannya dan akhirnya dilepaskan ke ruang angkasa dalam bentuk cahaya matahari. Tidak hanya terjadi pada bintang-bintan dan matahari, Energi ini juga menyebar dan mengaktifkan seluruh peristiwa di alam semesta.

Energi awal tadi terus berubah dan mengaliri alam semesta, hingga tiap perubahan energi akan menghasilkan fungsi yang baru lagi. Seperti peristiwa yang terjadi ketika Energi dari cahaya matahari mengaktifkan sistem fotosintesis dalam dedaunan, sehingga pabrik-pabrik oksigen di dalam sel tumbuhan dapat berproduksi, yang kemudian energi tadi diteruskan ke dalam wujud oksigen dalam jumlah yang cukup dan kemudian mengisi atmosfer bumi. Tidakkah anda sadari bahwa segala wujud di dunia ini adalah manifestasi dari energi awal yang membuat terjadinya alam semesta. Makhluk hidup, tumbuhan, bebatuan dan segalanya adalah transformasi berlapis dari energi awal pembentuk alam semesta. Transformasi energi ini menciptakan keterhubungan yang kompleks antara semua entitas di alam semesta, dari bintang dan planet hingga makhluk hidup dan lingkungan. Dalam setiap perubahan energi ini, terjadi reaksi dan interaksi yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dan kesinambungan alam semesta yang kita lihat hari ini.

Meskipun demikian, untuk bertransformasi menjadi bentuk fisik yang diinginkan, energi awal membutuhkan suatu arahan sehingga perubahan terjadi sesuai konteks. Sebagai contoh, jika kita melihat transformasi menjadi air, energi awal harus mengalami perubahan menjadi bentuk energi yang sesuai. Proses ini melibatkan unsur-unsur kimia yang ada di seluruh alam semesta. Dalam hal ini, energi awal berubah menjadi bentuk energi kimia yang mewakili unsur hidrogen. Kemudian, energi ini menerima arahan dari energi kimia oksigen, atau sebaliknya. Ini mengarah pada reaksi antara kedua energi ini, dan akhirnya mereka bersatu dalam suatu proses yang disebut fusi, membentuk senyawa air yang dikenal sebagai ikatan energi. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum energi dapat berubah menjadi bentuk materi tertentu, ia memerlukan arahan agar perubahan ini terjadi secara spesifik.

Arahan jugalah yang membuat perubahan dari bentuk energi menjadi materi begitu menakjubkan di alam semesta ini. Arahan juga membuat setiap hasil transformasi dari energi menjadi memiliki tujuan yang luar biasa kompleks. Seperti sebuah uap air yang digunakan untuk membangkitkan listrik pada pembangkit listrik tenaga uap. Air dipanaskan di dalam boiler yang kemudian uap dihasilkan kemudian diarahkan melalui jalur pipanya melewati turbin, sehingga turbin berputar dan menghasilkan energi kinetik yang mampu mengaktifkan energi listrik melalui arahan dari generator untuk kemudian didistribusikan ke seluruh kota. Demikian juga dengan arahan bekerja dalam transformasi energi alam semesta, di mana pada akhirnya energi ini diarahkan supaya menjadikan setiap hal di alam semesta ini mendapat manfaat dan memberi manfaat. Yaitu supaya matahari dapat bercahaya dan memberi manfaat kepada tanaman, lalu tanaman dapat berfotosintesis serta menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan dan atmosfer, demikian seterusnya. Yaitu, layaknya energi listrik yang terus diarahkan dari pembangkit listrik ke rumah kita agar kita dapat menikmati segala kemudahan oleh teknologi yang kita rasakan saat ini.

Sangatlah penting bahwa suatu arahan ada untuk mengarahkan proses transformasi energi di alam semesta. Bayangkan jika tidak ada arahan atau tujuan yang mengatur perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Ini bisa menjadi seperti melihat suatu kabel listrik yang meledak. Kita mungkin pernah menyaksikan situasi ini di mana aliran energi listrik mengalami gangguan dan mengalir dengan tidak teratur ke tujuannya. Lonjakan arus yang berlebihan terjadi karena ketidaksempurnaan dalam pengaliran, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Hasilnya, energi listrik dapat meledak dan merusak jalur yang dilewatinya.

Namun, dalam alam semesta, energi memiliki alur yang terarah dan teratur, dengan tujuan yang dapat kita rasakan dan lihat dalam fenomena sehari-hari. Energi ini mengalami transformasi dengan mekanisme yang sangat cermat dan teratur. Setiap perubahan energi diatur dengan memperhatikan karakteristik materi, dimensi ruang, dan faktor-faktor lainnya yang relevan.

Dalam hal ini, arahan atau tujuan yang mengatur transformasi energi menjadi landasan bagi keseimbangan dan kesinambungan alam semesta. Energi terarah dengan baik, memastikan bahwa proses transformasi terjadi dengan cara yang menguntungkan dan sesuai dengan kondisi yang ada. Mekanisme ini seperti pertunjukan yang sempurna, di mana setiap bentuk energi berfungsi dengan perannya masing-masing, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan harmoni dan keteraturan.

Oleh sebab kesempurnaan mekanisme yang terjadi pada energi alam semesta. Maka ada manfaat yang dapat kita rasakan dari pagi ke petang, petang ke malam, hingga matahari kembali menyambut kita di keesokan harinya. Dengan demikian, tujuan dari energi awal ini terjadi adalah untuk memberi manfaat bagi kehidupan. Hingga kita pun dapat menyelidik, bahwa dibalik segala kesempurnaan arahan, tujuan, dan manfaat dari energi awal yang membentuk alam semesta ini, sudah semestinya ada sebuah Kesadaran yang merancang segala sesuatu berjalan untuk mencapai tujuan dan manfaatnya. Sebagaimana kita membuat suatu pembangkit listrik tenaga uap untuk dimanfaatkan menjadi energi yang mengaktifkan segala bentuk yang menyokong teknologi kita. Demikian juga Kesadaran ini membangkitkan energi alam semesta untuk menyokong segala mujizat alam semesta. Kesadaran ini yang membangkitkan energi untuk membentuk realitas alam semesta, dari sebuah materi awal yang pada akhirnya menciptakan ruang dan waktu. Kesadaran ini yang menetapkan hukum-hukum fisika berlaku universal. Seperti kutipan dari Sir Isaac Newton, “I cannot imagine how all this could have come about without Divine Will”, yang bermakna bahwa seorang ilmuwan sebesar Isaac Newton pun menginginkan ada suatu Kesadaran yang menjadikan semua ini terjadi.

Saya percaya bahwa Kesadaran ini selalu ada di sekitar kita, Ia selalu ada di alam semesta, Ia terjaga untuk memastikan bahwa energi yang mengaliri jagad raya ini hadir untuk kita. Hanya saja mungkin kita yang terlalu sombong untuk memeluk kembali Kesadaran ini. Mungkin kita terlalu lama dan jauh berpikir sendiri, serta melupakan bahwa Kesadaran inilah yang menjadikan segala sesuatu ada. Sementara Ia telah meletakan dasar-dasar hukum fisika di tiap sudut alam semesta, pun Ia meletakan matahari di sejak awal pagi tiba, dan meletakkan bintang ketika malam tiba. Untuk mengingatkan kita, bahwa Ia selalu ada dan melihat kita sampai pada masanya segala sesuatu harus berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun