Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Memandang Kepemimpinan Tidak dengan "Kacamata Kuda"

3 Januari 2024   22:40 Diperbarui: 7 Januari 2024   07:31 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pentingnya siapapun yang memimpin harus memerlukan sikap pembaharuan. Aspek kebaruannya harus ada bukan sekedar pada tatanan melanjutkan, tidak hanya soal gandrung akan pujian dan kesuksesan dari pendahulu sekalipun mereka masih satu kubu. 

Jadi kurang relevan saja sekalipun seorang calon pemimpin kedepan separtai bahkan sekubu dengan petahana yang memang tidak mencalonkan lagi bahkan sebenarnya sang calon pemimpin masih anak buah langsung dari petahana.

Lantas, harus ‘buta’ pada narasi perbaikan dan lantas hanya melanjutkan begitu saja. Siapapun itu pemimpin, spesifik saja jika Jokowi sudah mau lengser 20 Oktober 2024, dan penerusnya akan terlihat pada 14 Februari-nya. 

Jangan lantas, seorang Prabowo dan Ganjar sekalipun keduanya adalah representasi Pemerintah bahkan dari Wakilnya dimana Mahfud adalah sama dengan Prabowo sebagai anak buah Jokowi, bahkan Gibran adalah anak kandung Jokowi. Mereka juga adalah rakyat yang punya pandangan yang beragam bahkan wajar mengatakan ada kekurangan yang harus diperbaiki.

Karena kata kuncinya adalah kepemimpinan itu adalah memperbaiki. Berdasarkan pada 5 tingkatan perubahan yang mana sebenarnya saling berkorelasi satu sama lain perubahan sendiri merupakan hal yang lumrah sekalipun berada pada ‘bendera’ yang sama dimana seiring berputarnya sebuah roda maka perubahan tidak bisa dihindari. 

Melanjutkan itu juga merupakan perubahan karena melanjutkan tidak berarti stagnasi namun ada pengembangan dan secara inkremental ada perkembangan yang mana secara praktis sama namun demikian semakin hari ada suatu pencapaian baru. 

Dilanjutkan soal penyesuaian dimana seiring berjalan waktu bahwa dunia yang berubah maka dari kita juga perlu menyesuaikan dinamika yang ada, berlanjut lagi rekayasa atau berkenaan dengan tinjauan-tinjauan evaluatif mengenai sesuatu yang ada alias lebih kepada memperbaiki, sampai pada transformasi dimana ada signifikansi dimana prosesnya sampai pada sisi fundamental sampai pada inovasi. Kepemimpinan perlu inovasi yang itu lahir dari gagasan kreatif dari siapapun yang punya relasi kuasa untuk mewujudkannya.

Maka demikian menjadi seni bilamana siapapun pemimpin bisa bersikap memetakan tingkatan perubahan mana yang secara proporsi relevan. Semisal jika merujuk pada konteks Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden Indonesia, antara lain sebagai berikut : 

  • Soal melanjutkan, beliau akan 1 koridor mengikuti proses pembangunan infrastruktur seperti jalan tol seperti Trans Sumatera, Trans Kalimantan dan Trans Sulawesi agar semua terbangun merata dan saling terkoneksi. 

  • Soal menyesuaikan adalah perkara ketahanan pangan dimana salah satu terobosan yaitu meningkatkan pertanian yang lebih efisien dan juga berbasis modernisasi yang kaya akan riset sehingga sekecil apapun lahannya bisa menghasilkan potensi maksimal. 

  • Soal rekayasa atau evaluatif dimana ada potensi pelaksanaan kebijakan yang relatif kurang tepat adalah soal kependudukan dan juga satu data dimana esensi perbaikan ada yang sebelumnya kurang tepat sasaran menjadi terintegrasi dan menghilangkan ego sektoral. 

  • Soal transformasi ini tegas adalah menata secara total sesuatu yang sudah terus terang rusak seperti pentingnya reformasi penegakan dan pelaksanaan instrumen hukum dimana perlu ada pengawasan partisipatif dalam upaya memaksimalkan penegakan hukum. 

  • Terakhir, soal inovasi semisal Menerapkan Integrasi KPI terhadap Menteri dan Kepala Lembaga dengan kesesuaian whistleblowing yang terbuka di kalangan masyarakat Indonesia dengan kanal yang luas dan bisa dilakukan, dimana penegasannya adalah orisinalitas dari beliau.

Intinya bergantung pada kadar perubahan atau penataan atau pengembangan atau percepatan dimana sosok Ganjar Pranowo lebih menekankan gaya bahasa Percepatan karena Pemerintah sekarang memang sudah gaspol namun dirasa perlu sentuhan yang lebih lagi dimana sejatinya ditentukan oleh masing-masing siapapun yang akan jadi Pemimpin selanjutnya. Jadi wajar saja, bahwa setiap calon diminta untuk lebih peka dan lebih rasional dalam memetakan kadar perubahan yang akan diambil tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun