Andika Perkasa pasca vakum sejenak setelah ramai dalam dunia pemerintahan sebagai seorang Panglima. Kini muncul meramaikan jagat politik jelang Pilpres 2024 setelah kehadirannya di acara Peringatan Puncak Bulan Bung Karno belum lama ini. Nama beliau sebenarnya sudah lama dan santer dikabar untuk masuk dalam jajaran as a 'Kuda Hitam' baik sebagai Capres hingga 'call' terakhir sebagai Cawapres. Namun pada saat itu, beliau masih aktif sebagai Panglima di 2022 lalu namun setelahnya? Sempat tidak terdengar kabar, paling-paling hanya sang mertua yang kerap kali menghiasi dinamika sebagai seorang sosok berpengaruh dalam negara ini, tidak terkecuali dalam pemerintahan Jokowi saat ini. Siapa yang tidak kenal A.M Hendropriyono sebagai Maestro Intelijen.Â
Andika diberitakan hadir sebagai seorang yang sangat mengagumi dan dekat dengan kalangan Soekarnois sekalipun ia bukan seorang partisan. Beliau dikaitkan dengan ucapan elit PDIP yang mengkaitkan bahkan Mega sempat bersinyal bahwa Peringatan Bung Karno akan jadi momen penentuan kode siapa yang akan jadi Cawapres. Awal Sandiaga, tapi Umroh akhirnya batal namun datanglah sosok yang dikenal mulai 'naik daun' kembali setelah kemarin vakum.Â
Sosok Andika sebagai yang menonjol, dan akhirnya Puan pun berkata bahwa ia akan menjadi kandidat terkuat sebagai Ketua Timses. Ya 'call' terakhirnya sebagai Ketua Timses yang mungkin akan mendorong sebuah peluang dan dilema. Apakah itu? Apalagi ini belum lama pasca AHY dan Puan bertemu dimana belum lama pula mimpi SBY geming soal 'Kereta' dan ada sinyal bahwa rekonsiliasi ada. Tapi dinamika cepat bergerak dengan adanya sosok Andika. Lantas kenapa musti Timses bukan Cawapres?
Dilema yang terjadi ketika sosok Hendropriyono yang kini malah condong dekat dengan Prabowo Subianto, lebih tepatnya mungkin antara Hendro yang mulai dekat dengan Prabowo pasca Prabowo sudah masuk 'gerbong' Jokowi atau mungkin tekanan Pildun U-20 sehingga Ganjar tidak begitu lagi dilirik (sama seperti kabar bahwa Erick Thohir terkesan tidak mau terasosiasi dengan Capres Ganjar after gagalnya Piala Dunia U-20 karena peran PDIP dan Ganjar).Â
Hendro dan anaknya Diaz yang notabene Stafsus Presiden Jokowi seperti memberi sinyal bahwa ia ke Prabowo sama seperti banyak Jenderal pendukung Jokowi lainnya (yang rata-rata berkecimpung di masa Orba hingga era Reformasi awal) seperti Wiranto, Agum Gumelar, Sutiyoso, Luhut Pandjaitan, Try Sutrisno, dll. Seperti semua seakan mencair karena itu. Prabowo sekarang sudah lebih moderat dan nasionalis sehingga kembali diterima lagi oleh Jenderal-Jenderal tersebut. Namun berbeda dengan Jenderal yang relatif muda dimana berkiprah di era Jokowi atau SBY, seperti Moeldoko dan Agus Supriatna (mantan KSAU) yang lebih condong ke Ganjar atau TB Hasanuddin (wajar dia PDIP kok). Andika termasuk dalam Jenderal 'muda' dan tentu akan merapat ke Ganjar
Konsekuensinya? Jika nanti Ganjar terpilih sebagai Presiden. Dimana sepertinya Puan juga menyadari dan Mega bahwa Ketua Timses Nasional (TKN) begitu ditetapkan KPU (tentu menunggu pula variabel Cawapresnya siapa) sangat berpengaruh kedepannya dalam 'kerja lapangan' dimana seperti Erick Thohir yang sukses sebagai Korlap apalagi Andika adalah ahli strategi militer dan kelak dimainkan dalam laga politik bukan tidak mungkin beliau punya kecakapan bukan. Bisa jadi, konsekuensinya adalah beliau akan dapat posisi strategis karena buah kerjanya. Jadi Menteri Pertahanan mungkin karena beliau 'mafhum' soal militer namanya juga Panglima.Â
Plus, ini juga bisa diisyaratkan dengan bentuk 'main 2 kaki' ala Hendro. Bisa jadi, Hendro tidak sepenuhnya dukung Prabowo but nanti strategi 'safety player' dimainkan yaitu bahwa dalam 1 keluarga punya keterpilihan yang sama tinggal siapa yang cocok nantinya untuk nanti berperan lebih. Andika sepertinya juga tidak mungkin menjadi Cawapres karena hal tersebut. Makanya lebih realistis TKN sehingga tidak terlalu dominan perannya untuk 'allout' tapi keluarga besar malah berbeda, kalau TKN tidak terlalu menjadi sorotan sekalipun dia juga adalah penting namun hanya bersifat membantu, bukan kontestan itu sendiri. Seperti Jusuf Kalla dahulu di periode kedua Jokowi, dimana ia berperan sebagai Penasehat TKN Jokowi-Maruf dan sebagian besar termasuk iparnya yaitu Aksa Mahmud adalah pro Jokowi murni, but ternyata ponakannya alias anaknya Aksa yaitu Erwin Aksa yang bahkan aktif sebagai seorang fungsionaris Golkar malah mendukung Prabowo-Sandi atas dasar kedekatan Erwin dengan Sandi yang sama-sama HIPMI.Â
Singkat cerita Jokowi menang. Toh, Prabowo-Sandi jadi Menteri kok plus satu lagi : Erwin Aksa tidak lantas jadi oposan bahkan sekarang malah 'mesra' dengan pemerintahan Jokowi dimana getol pro Airlangga dan pro kebijakan Jokowi termasuk ikut andil dalam UU Cipta Kerja, berbeda dengan sikap JK yang belakangan rada beda karena condong Oposan (terbalik).Â
Itulah politik, kita tunggu saja kejutan seorang Andika Perkasa kedepannya seperti apa? Antara dimaksimalkan atau hanya berlalu begitu saja. Tapi beliau memang bintang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H